contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Massa KPMP Geruduk Kedubes Arab Saudi

banner
Demo di Kedubes Arab Saudi (Foto: Ray Jordan/ Okezone)
JAKARTA - Puluhan orang yang menamakan dirinya Komando Pejuang Merah Putih (KPMP) melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor kedutaan besar Arab Saudi di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur.

Maksud kedatangan mereka untuk memprotes kebiadaban pemerintah Saudi yang melakukan eksekusi hukuman pancung terhadap tenaga kerja asal Indonesia Ruyati binti Sapubi. Mereka juga menyerahkan petisi yang memprotes pelaksanaan hukuman pancung tanpa adanya pemberitahuan kepada pemerintah RI.


"Bahwa hukuman pancung tersebut tidak sesuai dengan hukum internasional dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Karena dalam prosesnya tidak secara hukum yang mendampingi korban hukum pancung tersebut dan tidak diberi kesempatan untuk membela diri," kata Ketua Umum KPMP, Ki Kusumo di lokasi, Senin (20/6/2011).

KPMP kemudian menyerahkan petisi berisi 5 (lima) butir kepada pihak kedubes Arab Saudi yakni;

1. Mengutuk keras hukuman pancung oleh pemerintah Arab Saudi yang tidak manusiawi.

2. Menyerukan kepada pemerintah RI melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) untuk lebih pro aktif dan profesional dalam mengirim TKI ke luar negeri.

3. Menyerukan kepada pemerintah RI melalui Kementerian Luar negeri (Kemenlu) dan instansi terkait untuk melakukan perlindungan dan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) atas kasus yang terjadi terhadap TKI di luar negeri.

4. Menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan aksi boikot terhadap produk dari Saudi Arabia.

5. Menyerukan kepada pemerintah RI agar saudari Ruyati dinobatkan sebagai pahlawan devisa dan meminta jenazah dipulangkan ke Indonesia.

Para pendemo melakukan orasinya sembari menyanyikan lagu-lagu perjuangan didepan gedung kedubes Arab. Aksi unjuk rasa ini pun diwarnai aksi teatrikal oleh pendemo yang menggambarkan bentuk penyiksaan dan hukuman pancung yang dialami Ruyati di Arab Saudi.

Pantauan okezone, aksi ini tidak mengganggu arus lalu lintas. Arus lalu lintas di jalan tersebut terpantau normal. (put)
(hri)

3 Comments

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

  1. TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam mengemban misi membebaskan TKI Tuti Tursilawati dari hukuman mati, Presiden ke-3 RI, BJ Habibie akan menemui Pangeran Al Walid bin Talal Al Saud, pengusaha nomor wahid paling berpengaruh di Arab Saudi.

    "Dia juga berpengaruh di keluarga Kerajaa Arab Saudi sekaligus keponakan Raja Abdullah Bin Abdul Aziz Al Saud," ujar Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat dalam rilis kepada Tribunnews.com, di Jakarta, Jumat (23/12/2011).

    "Pertemuan khusus itu akan membahas upaya memebaskan Tuti dari ancaman hukuman pancung, serta untuk meminta pangeran Al Walid bin Talal ikut memperjuangan dengan cara melobi pihak keluarga korban agar mau memaafkan Tuti," kata Jumhur.

    Siang tadi, Jumhur menemui Habibie. Habibie, kata Jumhur, meminta doa dari masyarakat Indonesia agar lancar dan berhasil dalam mengemban misi ini. Besok malam, Satgas Penanganan TKI Terancam Hukuman Mati di Luar Negeri bentukan Presiden SBY.

    Pada 11 Mei 2010, Tuti membunuh Suud Malhaq Al Utibi di rumahnya dengan cara memukulkan sebatang kayu. Ia membela diri karena Suud melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Tuti kabur dengan membawa uang 31.500 Real Saudi berikut satu buah jam tangan.

    Ia ditangkap aparat berwenang di tempat lain. Di depan penyidik, Tuti mengakui seluruh perbuatannya, yang saat itu didampingi Konsulat RI di Jeddah. Tuti ditahan di penjara Kota Thaif sampai saat ini. Persidangannya sudah sampai Pengadilan Tinggi.

    "Namun, sejauh ini keluarga korban belum dapat memaafkan pelaku serta menolak digantikan dengan pembayaran denda dalam bentuk diyat," ujar Jumhur. "Tetapi masih ada waktu yang akan terus kita upayakan dalam bentuk pemaafan keluarga korban," katanya lagi.

    Terkait kasus Tuti, lanjut Jumhur, Presiden SBY telah menyampaikan surat kepada Raja Abdullah pada 6 Oktober 2011 yang meminta penundaan hukuman pancung serta memohon Raja Abdullah membantu upaya pemaafan Tuti pada keluarga korban.

    ReplyDelete
  2. TKW Dipancung di Arab Saudi
    Tuti Diperkosa Sembilan Orang Kini Malah Divonis Pancung

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orang tua Tuti Tursilawati (27), Titi Sarniti seakan kehabisan kata-kata untuk mengungkap kepedihan hatinya. Itu karena anaknya tengah menunggu vonis pancung oleh pemerintah Arab Saudi.

    Sambil terisak, Titi mengungkap, dua minggu yang lalu ia sempat berkomunikasi dengan anaknya Tuti. Saling menyapa, menanyakan keadaan dalam kondisi baik satu sama lain. Meski Titi tak bisa menyimpan rasa sedihnya, anaknya kini tinggal menunggu vonis atas tuduhan melakukan pembuhunan terhadap majikannya di Arab Saudi.

    "Saya cuma bisa sampaikan, kembalikan anak saya. Semoga anak saya pulang dengan selamat. Kami mohon semuanya, dukung kami, selamatkan anak saya. Hanya itu yang bisa saya disampaikan," kata Titi sambil menangis tersedu-sedu.

    Titi datang bersama suaminya, Warjuki, menggelar jumpa pers di DPR, Jumat (11/11/2011) ditemani politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka.

    Tuti Tursilawati adalah TKI yang menjadi pekerja rumah tangga asal Cikeusik, Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Berangkat ke Arab, pada 5 September 2009, bekerja di Kota Thaif, Provinsi Mekkah Barat.

    Selama bekerja, menurut Nisma Abdullah, yang ikut dalam jumpa pers itu, Titi kerap mendapatkan pelecehan seksual. Pada 11 Mei 2010, Titi wanita berparas cantik ini, hendak diperkosa oleh sang majikan. Titi melawan, memukul majikannya dengan tongkat untuk membela diri. Dalam pergulatan itu, sang majikan meninggal.

    Tuti kemudian melarikan diri. Namun, saat pelarian , Tuti malah diperkosa oleh sembilan orang Arab. Tuti ditangkap oleh pihak kepolisian di Thaif Arab Saudi. Namun, tak ada investigasi yang dilaporkan, telah terjadi perkosaan.

    Pengadilan Arab Saudi kemudian memutuskan Tuti bersalah, dihukum qisas (pancung), bulan Juni lalu. Selama menjalani persidangan, Tuti tak didampingi pengacara. "Seharusnya, negara wajib memberikan pengacara kepada para TKI yang bermasalah. Yang ada, hanya seorang penterjemah," kata Rieke.

    Rieke kemudian berharap, Komnas HAM dan Komnas Perempuan ikut menyuarakan secara lantang atas terhadap nasib Tuti Tursilawati yang tinggal menunggu vonis pansung.

    "Pihak keluarga Tuti, sudah dijanjikan oleh pemerintah, melalui Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat bisa bertemu Tuti sebelum vonis dilakukan. Harapan kami, tentunya harapan keluarga, janji itu terealisasi. Jangan hanya sekedar janji, atau berdalih, negara tak punya dana memberangkatkan keluarga TKI bermasalah ke Saudi Arabia," Rieke mengingatkan.

    ReplyDelete
  3. KBRI Riyadh Harus Dievaluasi Total Karena Gagal Tangani TKW

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nasib Tuti Tursilawati, tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Arab Saudi belum jelas. Diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap Kerajaan Arab Saudi belum menemui titik terang.

    “Jadi atau tidaknya Tuti dihukum mati, pemerintah harus berani melakukan merombak total SDM yang ditugaskan di Kedutaan Besar RI (KBRI) di Riyadh, Arab Saudi. Berulangkali KBRI Riyadh gagal menangani kasus TKW di Arab Saudi apalagi mencegah berulangnya kasus sejenis,” ujar Ketua DPP PKS Bidang Perempuan, Anis Byarwati dalam pers rilisnya kepada Tribunnews.com, Senin(14/11/2011).

    Menurut Anis, pembenahan KBRI di Riyadh dan Konjen RI di Jeddah sudah mendesak agar mereka dapat memainkan peranan penting, khususnya penanganan bagi TKW yang menjadi korban penganiayaan, tidak memiliki tempat tinggal sementara, maupun upaya bantuan hukum bagi TKW bermasalah. Sudah ratusan kasus TKW Indonesia yang kabur dari rumah majikannya akibat tak sanggup menahan siksaan lalu lari ke KBRI, namun KBRI tidak menangani masalah TKW secara memuaskan.

    "Bagaimana mau menangani warganya dengan baik, jika atase ketenagakerjaan di KBRI Riyadh hanya memiliki satu pegawai home staff dan 14 staf lokal. Sedangkan staf yang secara khusus menangani TKI hanya 4 orang untuk wilayah Saudi Arabia bagian Timur, sedangkan untuk wilayah bagian barat ditangani oleh Konjen Jeddah," cetusnya.

    Anis juga mendesak pemerintah RI membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan Arab Saudi mengenai perlindungan TKI di negara tersebut. "Dengan Qatar saja bisa, mengapa dengan Arab Saudi tidak dilakukan. Ada masalah apa?," tanya Anis.

    Data menunjukkan jumlah TKW yang bekerja sebagai PRT di Saudi Arabia melalui jalur legal mencapai 700.000 orang . Sementara yang melalui jalur illegal diperkirakan lebih banyak lagi. Anis memperkirakan jumlah keseluruhan bisa mencapai lebih dari dua juta orang.

    Berdasarkan keputusan pengadilan syariah Arab Saudi, Tuti direncanakan akan dieksekusi dalam pekan ini. Biasanya eksekusi hukuman mati dilakukan setelah salat Jumat. Satgas TKI pimpinan Alwi Shihab telah bernegosiasi dengan beberapa tokoh masyarakat termasuk dari pihak kerajaan Arab Saudi.

    Namun hingga kini belum mendapatkan hasil yang pasti. Bahkan Presiden SBY telah mengirim surat pada Raja Saudi pada tanggal 7 Oktober 2011 lalu. Selain Tuti, masih ada lebih dari 300 TKI lagi yang terancam hukuman mati di luar negeri, terutama Timur Tengah dan Malaysia.

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner