
Sebenarnya saya nggak mau menceritakan kisah ini karena saya kuatir bahwa saya adalah simpatisan atau partisan partainya si caleg ini.
(Demi Tuhan saya bukan kader partai ataupun salah satu pengurus atau Pimpinan DPP dari partai sang caleg ini... hehehehe).
Namun mungkin ini bisa dijadikan pelajaran bagi para caleg dan tokoh masyarakat lainnya, betapa seorang caleg, ternyata adalah manusia biasa juga. Sama seperti kita kebanyakan.
Karena saya masih sering mendengar tuh, di beberapa daerah, bahkan ada caleg yang mengatakan seperti ini, "rakyat kecil" atau masyarakat pada umumnya ketika mereka bertemu dengan caleg, baik DPR RI, DPRD Propinsi maupun DPRD II Kota atau Kabupaten, maka mereka akan merasa seperti didatangi seorang "DEWA"... (ingat kan lagunya Iwan Fals, "Manusia setengah dewa"?).
Jadi bila ada caleg, pejabat atau aleg yang hadir ke rumah rakyat biasa, maka bekas tempat duduknya pun dibiarkan tak dibersihkan (dicuci) selama berhari-hari kalau perlu difoto (hehehe ekstrim yah pengkultusannya?) bahwa rumah mereka "pernah" didatangi anggota dewan atau seorang caleg (belum tahu dia... caleg itu kan juga manusia?).
Untuk membuktikan pernyataan saya bahwa para caleg adalah manusia juga, saya ceritakan komunikasi saya dengan Awing Asmawi, sang caleg. Saat saya akan membantu dia untuk mendisain sebuah atribut kampanye berupa stiker, saya hendak meminta uang muka buat tanda jadi agar proyek yang diberikannya bisa saya kerjakan, karena ia sudah menandatangani proyek pengerjaan cetakan atribut kampanye tersebut kepada saya.
Rupanya saat saya telepon setelah berhari-hari melewati perjuangan yang sangat melelahkan untuk "mendapatkan" proyek "lumayan" kenceng itu, Awing memberikan sinyal buat saya agar janganlah saya terburu nafsu menagih "uang muka". Terakhir dia mengirimkan "sms" kepada saya.
"(Sorry), Gue (lagi) sakit gigi, Dik!"--- (yang dalam tanda kurung itu saya tambahin... karena saya tahu itu sebenarnya yang dia maksud...!)
Simpel, padat dan saya langsung mengerti maksudnya. Terlepas dia benar-benar lagi sakit atau tidak, secara etika pertemanan, saya harusnya mengerti bahwa Awing tak mau diganggu dengan "permintaan" saya.
Akhirnya saya mencoba berinisiatif untuk menghibur dia, karena saya berfikir bahwa ia memang sedang sakit gigi, dan saya mencoba secara persuasif membalas smsnya.
"Memangnya kenapa bang, kalau sakit gigi? Saya aja ompong nggak masalah tuh!" (Saya kebetulan banyak ompongnya, walaupun sekilas justru bikin saya tambah ganteng...! Suer saya lagi nggak ngegosip! Kalo saya bilang saya kelihatan sekilas lumayan ganteng... itu kata orang loh)
Tujuan saya adalah menghibur agar dia mau melupakan sakit giginya (dan ternyata ia juga sakit perut, alias murus-murus... itu baru saya ketahui belakangan waktu).
Eh ternyata si Awing Asmawi, sang tokoh masyarakat Bekasi asli yang lumayan "down to earth" itu membalas sms saya dengan kata-kata berikut:
"Elo ganti gigi monyet bagus, Zal!"
(Wah demi Tuhan saya nggak nyangka ini orang memberikan sms seperti ini... hehehe ternyata...!)
Saya pun membalas smsnya dengan tersenyum senang, karena tujuan saya untuk menghiburnya agar melupakan sakit gigi berhasil. Saya balas smsnyua dengan:
"Wah, terima kasih banget Bang Awing, karena Abang baek banget mau menawarkan gigi Abang buat gue... Asal jangan gigi Abang yang lagi sakit itu ya?"
Dan ia pun tertawa....
Selanjutnya apa, Bung?
Dia izinkan saya ke rumahnya "untuk" mengambil Uang Muka cetakan pesanannya. Saya senang dan ia pun terhibur. Ternyata, ia juga manusia biasa yang membutuhkan hiburan. Sama kan dengan kita kebanyakan?
(Sidik Rizal - wartawan gigi ompong, tapi lumayan ganteng, kata orang lain)
Karena saya masih sering mendengar tuh, di beberapa daerah, bahkan ada caleg yang mengatakan seperti ini, "rakyat kecil" atau masyarakat pada umumnya ketika mereka bertemu dengan caleg, baik DPR RI, DPRD Propinsi maupun DPRD II Kota atau Kabupaten, maka mereka akan merasa seperti didatangi seorang "DEWA"... (ingat kan lagunya Iwan Fals, "Manusia setengah dewa"?).
Jadi bila ada caleg, pejabat atau aleg yang hadir ke rumah rakyat biasa, maka bekas tempat duduknya pun dibiarkan tak dibersihkan (dicuci) selama berhari-hari kalau perlu difoto (hehehe ekstrim yah pengkultusannya?) bahwa rumah mereka "pernah" didatangi anggota dewan atau seorang caleg (belum tahu dia... caleg itu kan juga manusia?).
Untuk membuktikan pernyataan saya bahwa para caleg adalah manusia juga, saya ceritakan komunikasi saya dengan Awing Asmawi, sang caleg. Saat saya akan membantu dia untuk mendisain sebuah atribut kampanye berupa stiker, saya hendak meminta uang muka buat tanda jadi agar proyek yang diberikannya bisa saya kerjakan, karena ia sudah menandatangani proyek pengerjaan cetakan atribut kampanye tersebut kepada saya.
Rupanya saat saya telepon setelah berhari-hari melewati perjuangan yang sangat melelahkan untuk "mendapatkan" proyek "lumayan" kenceng itu, Awing memberikan sinyal buat saya agar janganlah saya terburu nafsu menagih "uang muka". Terakhir dia mengirimkan "sms" kepada saya.
"(Sorry), Gue (lagi) sakit gigi, Dik!"--- (yang dalam tanda kurung itu saya tambahin... karena saya tahu itu sebenarnya yang dia maksud...!)
Simpel, padat dan saya langsung mengerti maksudnya. Terlepas dia benar-benar lagi sakit atau tidak, secara etika pertemanan, saya harusnya mengerti bahwa Awing tak mau diganggu dengan "permintaan" saya.
Akhirnya saya mencoba berinisiatif untuk menghibur dia, karena saya berfikir bahwa ia memang sedang sakit gigi, dan saya mencoba secara persuasif membalas smsnya.
"Memangnya kenapa bang, kalau sakit gigi? Saya aja ompong nggak masalah tuh!" (Saya kebetulan banyak ompongnya, walaupun sekilas justru bikin saya tambah ganteng...! Suer saya lagi nggak ngegosip! Kalo saya bilang saya kelihatan sekilas lumayan ganteng... itu kata orang loh)
Tujuan saya adalah menghibur agar dia mau melupakan sakit giginya (dan ternyata ia juga sakit perut, alias murus-murus... itu baru saya ketahui belakangan waktu).
Eh ternyata si Awing Asmawi, sang tokoh masyarakat Bekasi asli yang lumayan "down to earth" itu membalas sms saya dengan kata-kata berikut:
"Elo ganti gigi monyet bagus, Zal!"
(Wah demi Tuhan saya nggak nyangka ini orang memberikan sms seperti ini... hehehe ternyata...!)
Saya pun membalas smsnya dengan tersenyum senang, karena tujuan saya untuk menghiburnya agar melupakan sakit gigi berhasil. Saya balas smsnyua dengan:
"Wah, terima kasih banget Bang Awing, karena Abang baek banget mau menawarkan gigi Abang buat gue... Asal jangan gigi Abang yang lagi sakit itu ya?"
Dan ia pun tertawa....
Selanjutnya apa, Bung?
Dia izinkan saya ke rumahnya "untuk" mengambil Uang Muka cetakan pesanannya. Saya senang dan ia pun terhibur. Ternyata, ia juga manusia biasa yang membutuhkan hiburan. Sama kan dengan kita kebanyakan?
(Sidik Rizal - wartawan gigi ompong, tapi lumayan ganteng, kata orang lain)


إرسال تعليق
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL