
Jalan-jalan Macet Masalah Klasik Dan Krusial Di Kota Bekasi, Opini Widy Marhaen
BEKASI KOTA, BksOL — Hingar bingar dan hiruk pikuknya kota metropolitan termasuk dikota Bekasi tidaklah elok, apabila pembenahan di semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara serta kemasyarakatan.

Dimana geliat dalam semua aspek dan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan akan menjadi tidak berimbang.
Yang perlu digaris-bawahi adalah membangun karakter bangsa dan infrastruktur negara bagi setiap stake holder.
Pasti dalam istilah negara berkembang lebih dimassifkan soal pembangunan atau infrastruktur.
Tapi sayangnya di negara Indonesia ini yang kita cintai ini masih dikatakan terburuk.
Mengapa demikian? Karena sistem negara atau sebagian perundang-undangan negara kita "warisan kolonialisme".
Infrastruktur dan sumber daya manusianya pun tidak diimbangi dengan keseimbangan alam.
Infrastruktur pun disini hanya memikirkan keuntungan sesaat semata tanpa berhitung dan memperhitungkan efek dari bahaya lingkungan hidup.
Sehingga terjadilah musibah alam banjir dimana seharusnya ruang hijau malah dipatenkan untuk membuat mall, perumahan dan lain-lainnya.
Sehingga drainase (reservoir pembuangan air limbah) hingga DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Begitupun juga terdampak pada kerusakan jalan-jalan dan berlubang yang bahayakan pengguna jalan serta kemacetan yang parah di ibukota khususnya kota Bekasi sendiri.
Banyak jalan-jalan di kota Bekasi yang terdampak efek dari "asal membuat jalan-jalan" ada yang hanya pakai aspal yang tidak berkualitas.
Salah contoh yang sempat terdokumentasi dalam video dan beberapa gambar-gambar berikut ini.
Terutama di jalan Wibawa Mukti Raya Jatiasih menuju Jati Sampurna, Kranggan dan Bogor.
Disebabkan kualitas aspal atau dengan menggunakan coran semen yang tidak berkualitas, penyempitan jalan karena tidak adanya upaya pemerintah kota untuk pembebasan lahan.
Yang perlu digaris-bawahi adalah membangun karakter bangsa dan infrastruktur negara bagi setiap stake holder.
Baca juga: Kadis Kominfosantik Kab Bekasi: Bukan Hanya Peringatan HPN, Tapi Juga Kepedulian Terhadap Anak-anak Yatim
Tapi sayangnya di negara Indonesia ini yang kita cintai ini masih dikatakan terburuk.
Mengapa demikian? Karena sistem negara atau sebagian perundang-undangan negara kita "warisan kolonialisme".
Infrastruktur dan sumber daya manusianya pun tidak diimbangi dengan keseimbangan alam.
Infrastruktur pun disini hanya memikirkan keuntungan sesaat semata tanpa berhitung dan memperhitungkan efek dari bahaya lingkungan hidup.
Sehingga terjadilah musibah alam banjir dimana seharusnya ruang hijau malah dipatenkan untuk membuat mall, perumahan dan lain-lainnya.
Sehingga drainase (reservoir pembuangan air limbah) hingga DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Begitupun juga terdampak pada kerusakan jalan-jalan dan berlubang yang bahayakan pengguna jalan serta kemacetan yang parah di ibukota khususnya kota Bekasi sendiri.
Banyak jalan-jalan di kota Bekasi yang terdampak efek dari "asal membuat jalan-jalan" ada yang hanya pakai aspal yang tidak berkualitas.
Dan juga dengan sistem jalan coran yang hanya memikirkan keuntungan dari segelintir oknum-oknum yang yang tak bertanggung jawab dan berdampak luas pada masyarakat.
Beberapa jalan yang dihimpun penulis adalah Area sekitaran:
Beberapa jalan yang dihimpun penulis adalah Area sekitaran:
- Jl. A.Yani dan Jl. Ir. H. Juanda bergelombang, Jalan Cikunir dan menuju Komsen banyak berlubang dan bergelombang,
- Jalan provinsi DKI Jakarta dan kota Bekasi KH. Noer Ali Kalimalang,
- Jalan Inspeksi Kalimalang dari kota Bekasi menuju kabupaten Bekasi,
- Jalan Jati menuju kelurahan dan arah ke Poncol Perumnas 1 Bekasi Selatan dan masih banyak lagi.
Salah contoh yang sempat terdokumentasi dalam video dan beberapa gambar-gambar berikut ini.
Terutama di jalan Wibawa Mukti Raya Jatiasih menuju Jati Sampurna, Kranggan dan Bogor.
Disebabkan kualitas aspal atau dengan menggunakan coran semen yang tidak berkualitas, penyempitan jalan karena tidak adanya upaya pemerintah kota untuk pembebasan lahan.
Lalu ditambah volume mobil yang secara intensif bertambah, dan tidak ada nya traffic light, yang cukup.
Termasuk juga banyaknya "parkir-parkir liar, calo-calo yang kongkalikong dengan supir-supir angkot untuk berhenti cari penumpang bukan pada tempatnya, pengemis dan pengamen jalanan yang hanya memikirkan keuntungannya saja".
Sumber daya manusia di negara berkembang masih banyak sekali dan rentan korupsi tidak seperti negara maju atau negara berkembang yang terkonsep good management dan tata kelola nya sudah baik, seperti negara-negara sebagian Arab, Denmark, Swedia dan lain-lainnya
Dimana dalam sisi sosial & kesejahteraannya betul-betul diperhatikan dan ditangani dengan baik oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota atau negara.
Padahal dimana dalam Undang-Undang Dasar "menjamin setiap warganya dan disejahterakan serta diurus oleh negara".
Tapi pada kenyataannya tidak demikian masih banyak warga atau rakyatnya masih tidak terpelihara dan terurusi oleh negara?
Sumber daya manusia di negara berkembang masih banyak sekali dan rentan korupsi tidak seperti negara maju atau negara berkembang yang terkonsep good management dan tata kelola nya sudah baik, seperti negara-negara sebagian Arab, Denmark, Swedia dan lain-lainnya
Dimana dalam sisi sosial & kesejahteraannya betul-betul diperhatikan dan ditangani dengan baik oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota atau negara.
Padahal dimana dalam Undang-Undang Dasar "menjamin setiap warganya dan disejahterakan serta diurus oleh negara".
Tapi pada kenyataannya tidak demikian masih banyak warga atau rakyatnya masih tidak terpelihara dan terurusi oleh negara?
Karena kembali lagi masih banyak "oknum-oknum yang berkhianat dan menghianati rakyatnya terutama terhadap Tuhan"!
Sehingga dapat menyebabkan murkanya Tuhan yang akan berdampak "kepada kaum-kaum yang tak bersalah"!
Itulah plus dan minusnya "istilah negara berkembang", yang kita jalani, rasakan dan alami.
Tapi bagaimana pun juga agar negara berkembang tersebut, harus kota doakan agar menjadi:
Negara "Baldatun Thayyibattun Wa Rabbun Ghafur", Negara Yang Dirahmati Oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala/Tuhan Yang Maha Esa. [■]
Sehingga dapat menyebabkan murkanya Tuhan yang akan berdampak "kepada kaum-kaum yang tak bersalah"!
Itulah plus dan minusnya "istilah negara berkembang", yang kita jalani, rasakan dan alami.
Tapi bagaimana pun juga agar negara berkembang tersebut, harus kota doakan agar menjadi:
Negara "Baldatun Thayyibattun Wa Rabbun Ghafur", Negara Yang Dirahmati Oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala/Tuhan Yang Maha Esa. [■]


Post a Comment
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL