DPRD Kota Bekasi, dapil Bekasi Barat & Medan Satria
Anak Cipinang yang dulunya besar di kebun kangkung ini, ternyata sangat menikmati kunjungannya beberapa bulan yang lalu, ke kampung kandang, yang notabene banyak didiami oleh petani kangkung. Dibawah terik matahari tengah hari, dia menyapa calon pemilihnya dalam kesibukan masing-masing. Bukan tanpa sebab jikalau dia malah menikmati suasana terik yang pasti akan memanen banjir keringat ini. ”Saya ingat suasana masa kecil saya yang berada di kebun kangkung”, kenang karyawan TAM ini. Dari Kampung Kandang inilah, Bang Zul, demikian ia biasa dipanggil, mendekatkan diri kepada wong cilik, memperkenalkan visi misinya, dan mendengarkan aspirasi mereka. “Saya dan mereka itu sama saja, hanya saja, saya mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif, sementara mereka tidak”, gelak Bang Zul.
Saking inginnya meleburkan diri dengan para pemilihnya, caleg no 4 Partai Demokrat untuk menjadi anggota DPRD Kota Bekasi ini mencantumkan tiga deret nomor kontak untuk Zul center, yang pastinya menjadi wahana bagi setiap konstituen yang merasa perlu untuk mengenal lebih jauh kandidat perwakilan mereka di DPRD itu. “Kalau seorang calon anggota legislatif saja sudah sulit untuk dihubungi, bagaimana kalau dia sudah menjadi anggota legislatif beneran?” sindir Bang Zul.
Buat alumni STMI ini, jikalau ada rakyat yang ingin mengunjunginya, dia malah menolaknya. “Jangan kesini!” ucapnya tegas. Untuk kali pertama, sebagai seorang calon anggota legislatif-lah yang harus “nyamperin” calon pemilihnya. “Bukankah kita yang calon anggota legislatif ini yang harus meminta restu dari rakyat yang akan memilih kita?” katanya retorik.
Mengenai militansi kader-kader pendukungnya baik yang menjadi bagian dari tim sukses dan relawan, Zul tak pernah mengindoktrinasi setiap orangnya. Dia mendapatkan sifat militan dari para pendukungnya karena kesediaanya untuk berkomunikasi secara terbuka dan tidak membuat jarak dengan mereka. Itulah sebabnya dalam membuat janji temu dengan calon para pendukungnya, dia membuat sendiri jadwalnya dan tak pernah sekalipun ia mendelegasikan kepada wakilnya sekalipun calon-calon konstituennya hanya 2 orang yang mau bertemu.
Ayah 3 orang anak ini rela mengunjungi kediaman para calon konstituennya sekalipun ia harus sedikit merogoh koceknya, tapi jangan harap dia akan memberikan bantuan dalam bentuk tunjangan natura seperti sembako atau uang. Karena menurutnya seandainya setiap caleg harus meyakinkan 20.000 suara dengan memberikan uang atau tunjangan sembako, misalnya sedikitnya Rp. 20.000,- maka dia harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Siapa yang sanggup dengan modal 400juta menjadi wakil rakyat, namun setelah terpilih dia tidak pusing untuk mengembalikan modal yan g telah dikeluarkan sedemikian banyaknya. Dengan menyindir ia katakan kepada konstituen dari kalangan ibu-ibu, "Apa mau ibu-ibu dikasih sembako dengan nilai sekecil itu, tapi akan menderita selama 5 tahun ke depan disebabkan sang wakil rakyat berkutat fokus mencari uang buat membayar hutang modalnya yang telah dikeluarkan untuk sembako yang sudah ia berikan kepada ibu-ibu?".
Selanjutnya, dari kebun kangkung, muncullah misi Bang Zul untuk rakyat. Antara lain dengan mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini. Menurutnya, pendidikan usia dini memerlukan banyak sentuhan legislatif, karena sebagaian besar anggaran dana pendidikan tidak menyentuh tingkatan pendidikan dini ini. “Sekedar menyediakan jungkat-jungkit saja, itu sudah sangat membantu penyelenggaraan PAUD”, jelas Bang Zul.
Mengobrol dengan pria hitam manis ini, sungguh tidak membosankan. Apalagi dengan kesadaran politisnya, membuatnya sadar penuh, bahwa ada cost politik untuk aksi menuju kursi legislatif. “saya selalu bawa kacang kulit!” cetusnya tiba-tiba kepada dobel-dobel.com. Ternyata, dalam setiap kunjungannya dari rumah-ke rumah, kacang kulit selalu tidak lupa dibawa menjadi bekal berkunjung.Dan kacang kulit menjadi senjata filosofisnya kepada para pemilihnya. “Saya tidak ingin, kalau saya sudah menjadi anggota legislatif, menjadi lupa kepada pemilihnya, seperti saat pemakan kacang yang membuang kulitnya” tukasnya serius. Saking konsennya kepada prinsip kacang kulit itu, setiap kali berkunjung kepada pemilihnya, dokumentasi menjadi barang wajib untuk dibawa. Dokumentasi itu akan dia simpan, untuk selalu menjaganya agar tidak lupa, bahwa dia dipilih oleh rakyat.
Ketika dobel-dobel.com berkunjung ke poskonya, Bang Zul langsung menyambut sendiri. Pagi itu (30 maret 2009), dia sendiri yang membersihkan posko Bang Zul. “Anak-anak sudah kecapekan, jadi mereka pada istirahat” jelasnya. “Saya juga pengen kampanye lewat facebook nih”. Wah, kampanye lewat dunia maya nih. Sukses Bang Zul, semoga harapan rakyat, dapat mengantarkan ke kursi DPRD, dan suara rakyat dapat terdengar lantang dengan nada merdu dari Bang Zul.
Dian Purnama Putra & Sidik Rizal
-----------------------------------------------------------------
BIODATA
TTL: Jakarta, 20 Februari 1971
Alamat:
Zul Center Perumahan Duta Kranji Blok C2, Bekasi Barat
Telp. 0815.85816633, 0811156275, 021.33777020
Istri: Yayuk Astuti, alumni UNJ
Anak 3 orang
1. Dania Zahra Basri 7thn (2SD)
2. Bimo Panji Utomo
4. Khairunnisa Aqilla
Pendidikan : STMI (Sekolah Tinggi Manajemen Industri)
Pekerjaan: Staf Marketing Toyota Astra Motor
Riwayat Organisasi:
Wakil Ketua DPC Partai Demokrat Kota Bekasi
Post a Comment
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL