iklan banner AlQuran 30 Juz iklan header banner iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Satu Kelurahan, Satu Koperasi: Menambal Lubang Ekonomi dari Jatimakmur

banner

Faisal SE, Wakil Ketua I DPRD, Sarankan Koperasi Merah Putih Jatimakmur  Fokus UMKM dan Simpan Pinjam

bekasi-online.com - Senin 21 Juli 2025, 13:31, Ndoet/NMR/DikRizal
Dandim 0507, Letkol Arm Krisrantau Hermawan, SH. M.I.Pol, Wakil Ketua II DPRD, Faisal SE dan Walikota Dr. Tri Adhianto

 PONDOKGEDE — Di tengah hiruk-pikuk kawasan urban Pondok Gede, tepatnya di Kelurahan Jatimakmur, sebuah bangunan sederhana kini menyimpan asa besar: membalik nasib ekonomi warga dari pinggiran.

Senin pagi, 21 Juli 2025, Walikota Bekasi Tri Adhianto meresmikan Koperasi Kelurahan (Kopkel) Merah Putih, bagian dari program nasional “Satu Kelurahan Satu Koperasi” yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto secara serentak di 80 ribu titik di seluruh Indonesia.


Bekasi menjadi salah satu kota yang melenggang cepat dalam program ini. Seluruh 56 kelurahan kini telah memiliki koperasi yang berstatus notarial—artinya sudah bisa menjalankan roda usaha secara sah.

Tapi di balik perayaan peresmian dan potong pita, tersimpan harapan yang lebih kompleks: membangun kembali ekonomi rakyat dari bawah, bukan sekadar membentuk badan hukum.

“Hari ini kita meresmikan Kopkel Merah Putih Jatimakmur. Saya kira fasilitas di sini cukup memadai untuk dijadikan koperasi percontohan,” ujar Tri.

Ia menyebut bahwa koperasi bukan hanya soal keberadaan, tapi keberdayaan: mampu menjual barang kebutuhan dengan harga lebih terjangkau, dan memberi dividen kepada anggota dari sisa hasil usaha (SHU).

Namun tentu, idealisme koperasi tak bisa berdiri sendiri. Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi, Faisal, yang turut hadir, menyentil perlunya koperasi menyatu dengan denyut ekonomi lokal.

Bekasi, yang bukan lumbung padi atau kampung nelayan, menurutnya tak cocok jika koperasi dikerangkeng dalam skema pertanian atau perikanan konvensional.

“Kita ini bukan bicara soal sawah atau tambak. Tapi lebih pas bicara UMKM, soal magot, lele, atau belut. Itu jauh lebih membumi dan sederhana,” katanya.


Ia menyarankan agar koperasi tidak hanya menjual gas melon dan sembako, tapi berani menggali potensi khas tiap wilayah.

Ada catatan penting lain yang ia tekankan: koperasi harus menjadi pelindung warga dari jerat rentenir.

“Banyak masyarakat ekonomi bawah terjebak utang berbunga harian. Nah, koperasi bisa hadir melalui skema simpan pinjam atau dana bergulir. Ini penyelamatan sosial,” ucapnya.

Program ini sejatinya bukan barang baru. Tapi peluncuran serentak dan keterlibatan kepala negara seolah memberi napas baru bagi model ekonomi gotong royong ini.

Di Kota Bekasi, peluncuran ini lebih dari sekadar formalitas: ia menjadi batu pijakan untuk menakar sejauh mana koperasi mampu menjadi ‘soko guru’ ekonomi nasional—sebagaimana cita-cita Bung Hatta dulu.

Kini, Kopkel Merah Putih berdiri sebagai simbol kecil dari tekad besar: bahwa dari lorong-lorong Jatimakmur, mungkin saja tumbuh koperasi yang bukan hanya mencatat omzet, tetapi mencatat perubahan. [■] 

Reporter: Ndoet/DokPim/NMR - Redaksi - Editor: DikRizal
banner iklan bawah post
banner

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL

Previous Post Next Post
banner iklan BksOL