contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

H. RUSTAM EFFENDY, Anggota DPR RI Fraksi PAN, Komisi IX

banner
Caleg DPR RI dari PAN
Dapil Kota Bekasi dan Depok

Sekilas tentang pemikiran H. Rustam Effendy

Anggota DPR RI dari Fraksi PAN yang juga pernah menjadi anggota DPRD II Kota Bekasi, dari partai yang sama, ternyata ia masih banyak merasa kurang dalam hal pengabdiannya kepada bangsa. Banyak hal-hal yang belum bisa ia lakukan khususnya di bidang ketenagakerjaan di negeri ini. Demikian pula bidang kesehatan, ayah tiga orang anak ini merasa, Departemen Kesehatan RI belum sepenuhnya mencapai target kerja yang optimal pada beberapa tahun terakhir.


Saat ditemui di rumahnya ia malam sebelumnya baru saja pulang dari study banding ke negara India dan Jerman. Dalam kunjungan yang melihat keadaan dunia ketenagakerjaan dan kesehatan di dua negara sahabat tersebut, Rustam telah banyak mendaatkan masukan sebagai bahan referensi RUU yang sedang digodok oleh Komisi 9 temat dia bertugas. Sebenarnya Rustam saat itu sedang ingin beristirahat di rumahnya di bilangan Pondok Gede, namun dengan mata merah karena baru saja bangun tidur demi melayani wartawan seerti saya ini ia rela. Masih tampak kelelahan di wajahnya, namun ia sempat menjelaskan, bahwa inilah konsekwensinya sebagai seorang wakil rakyat yang waktunya bukan milik dia semata.

Menanggapi tentang momentum Sumah Pemuda 28 Oktober mendatang, Rustam yang juga pengurus besar pimpinan pusat di Persaudaraan Pencak Silat Tapak Suci ini, mengatakan bahwa pemuda sekarang memang sepertinya kehilangan ruh semangat kepemudaan dan juga suasananya tidaklah sama dengan jaman Bung Karno saat menjelang kemerdekaan dulu. Saat itu bagaimana para pemuda menculik Bung Karno dibawa ke Rengas Dengklok, menunjukkan semangat idealisme mereka yang menyala untuk segera merdeka dengan mencuri momentum untuk deklarasikan Soekarno. Nah dibandingkan dengan banyak generasi pemuda sekarang yang hidup tidak dalam kesusahan tentu semangat dan jiwanya jauh berbeda. Bila ada generasi muda atau pemuda yang mempunyai idealisme yang tinggi dan dengan latar belakang sama susahnya dengan kemerdekaan seperti dulu (hidup dalam kesusahan yang sangat namun tetap berjuang dan bersemangat untuk maju dan merdeka dari penjajahan asing), maka saya akan sangat menghargai dan acungkan jempol buat mereka. Di sini masalahnya bukanlah memberikan kesempatan atau tidak bagi para pemuda dan juga apakah yang tua sudah tidak punya peluang lagi, bukan itu masalahnya.

Tapi adalah masalah kualitas. Pemuda yang tidak berkualitas banyak, orang yang sudah tua yang berkualitas juga tidak sedikit. Jadi dalam pemilu nanti, ya kita bersaing secara murni saja? Siapa yang memang bisa menang tampil ke muka. Dan ini tidak ada sangkut autnya dengan muda atau tua. Ingat siapaun dia yang menang, berarti dialah yang memang menjadi pilihan rakyat, maka dialah pula yang berhak tampil untuk mewakili kepemimpinan negeri ini.

Kelihatan Rustam yang penampilannya masih gagah walau sudah tumbuh uban di rambutnya ini, bersemangat seolah hilang bekas bangun tidur dan rasa lelahnya sepulang dari luar negeri, menurutnya kepemimpinan negeri ini juga tidak harus dari kalangan tua, sama seperti tidak juga wajib harus yang berusia muda. Isyunya adalah siapa yang berkualitas dan sanggup memipin negeri ini. Itu saja.

Saat ditanya lebih jauh tentang apakah pengkotakan calon pemimpin nasional idealnya dari kalangan militer atau sipil, ayah gadis yang akan menikah dalam waktu dekat ini, menegaskan bahwa pemmpin dari kalangan militer merupakan satu keharusan bagi republik ini. Mengapa demikian, karena bangsa kita adalah bangsa penakut yang memang harus dipimpin oleh orang yang disiplin kuat dan berani dan tidak tergantung dengan luar negeri. Sebagai contoh negara Bolivia, di Amerika sana. Langkah awal presiden barunya yang sangat didukung rakyatnya adalah nasionalisasi semua perusahaan asing yang ada di negeri itu. Dan mereka tidak takut dengan ancaman politik luar negeri baik itu embargo atau apapun. Dibandingkan Indonesia, pemipin kita yang sekarang ini memang sangat penuh dengan kepentingan pemerintahan asing, khususnya ketergantungan kita dengan negara adhidaya seperti Amerika Serikat. Padahal kalau kita mau dan berani, kita bisa kok lepas dari ketergantungan kita dengan negara asing.

Sang politisi yang berhasil menyekolahkan ketiga putrinya ini hingga ketingkat pendidikan tinggi S2 ini dengan berapi-api menambahkan bahwa, negara kita adalah negara yang jauh lebih kaya bila dibandingkan dengan negara-negara semenanjung Arabia. Mereka kan cuma punya minyak, sedangkan kita, mulai dari batubara, emas, bahan tambang lainnya termasuk minyak bumi dan yang di atas tanah, seperti kekayaan hutannya. Sayangnya kita masih saja digerogoti oleh oknum-oknum bukan saja oknum di tingkat atas seperti pemerintahan pusat, tapi juga sampai ke tingkat bawah. Ini artinya adalah dosa dan kesalahan sistem kepemerintahan dan kebangsaan kita sendiri. Jadi wajar saja bila laknat Allah terhadap bangsa ini sangat besar dengan banyknya musibah dan bencana yang sebenarnya adalah hasil perbuatan kita sendiri.

Sebagai contoh saja, masalah lumpur Lapindo yang ada di Porong itu. Sebenarnya kan di sana itu ada kemungkinan potensi gas alam yang sangat besar, kenapa rakyat (khususnya yang tinggal di daerah Porong) tidak mau menjual tanahnya kepada pemerintah? Coba diperhatikan lebih seksama, karena adanya anasir masyarakat yang maunya merusak. Yah misalnya saja LSM atau Media atau mungkin pejabat pemerintah daerahnya sekaligus juga pemerintah pusat yang mempunyai kepentingan terhadap potensi sumber daya alam gas itu. Seandainya tidak ada kepentingan yang harus dipenuhi, mungkin bencana lumpur Lapindo tidak terjadi. Siapa yang tahu kalau peristiwa itu bukan saja azab Allah tapi lebih besar kepada ulah tangan manusia yang jadi tamak dan rakus.

Rustam kembali menambahkan, demikian pula dengan sumber daya alam batubara yang ada di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Kalau sumber alam batubara ada di provinsi itu, lalu mengapa rakyat di sana sampai ada yang tidak bisa menikmati listrik? Padahal itu adalah hak mereka sebagai rakyat Indonesia, seolah listrik terlalu mahal buat mereka untuk disediakan oleh pemerintah. Padahal pendapatan negara besar dari wilayah mereka dengan adanya batubara. Sepertinya pengiriman batubara dari Kalimantan ke pulau jawa merupakan satu komoditi pemasukan uang bagi sarana transportasi yang dikelola oleh seorang pengusaha yang juga menteri pemerintahan kita sekarang ini. Ternyata bukan saja bencana lumpur Lapindo, tapi masalah sumberdaya alam lainnya jadi masalah terutama bisnis pendistribusiannya ini.

Demikian pula dengan RUU yang sebelumnya akan dibahas yakni tentang pelayanan rumahsakit umum dan rumahsakit swasta. Selama ini pelayanan baik RS milik pemerintah maupun swasta, telah terjadi diskriminasi pelayanan terhadap rakyat kebanyakan khususnya rakyat miskin dan yang tidak mampu. Sering dijumpai bila ada orang miskin atau tak mampu yang membawa kartu Askeskin, maka para tenaga medis menanganinya dengan alakadarnya kalau tak mau dibilang kurang memuaskan.

(tulisan ini bersambung....)

1 Comments

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

  1. Yang berkesan buat Saya (Kalau tidak salah bulan November 2008), H. Rustam Effendy sebagai wakil rakyat membuat jalan Raya Pondok Gede macet total, dengan menutup sebagian jalan, demi sebuah hajatan pribadi yang dilakukan di depan rumahnya. Bahkan Saya lihat jalan masuk menuju Jl. Mutiara/H. Gamun ditutup hingga merepotkan masyarakat yang hendak menuju ke sana. Mungkin akan sedikit masalah kalau hajatan itu untuk kesejahteraan rakyat. Itulah sebuah potret pengabdian kepada rakyat. Tks

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner