contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Jadi Korban Kampanye Hitam, H. Awing Asmawi Cuek Saja.

banner

Gelar H. Bukan Haji, Tapi Nama Baptis Hendrikus, Ini Dia Penjelasannya Secara Lengkap Menepis Tuduhan Jahat Itu.

H. Awing Asmawi, sang calon Walikota yang diterpa kampanye hitam lawan setiap jelan tahun politik. (Foto Kolase: DikRizal)

PONDOKGEDE, bksOL - Adalah saat tahun 2004 bergulir pertama kali isyu tak sedap tentang dirinya mengenai jati diri dan latar belakang kehidupan ayah 3 orang putri ini, demikian jelasnya.

Deklarasi Pilkada Damai

Tiga Pasang Calon Pilkada mulai dari kiri (Kamal tak nampak inframe), Ahmad Syaikhu, Rahmat Effendi, Mochtar Mohamad, Awing Asmawi, Ronny Hermawan, KPUD Kota Bekasi 8/1/2007 (Foto: DikRizal)

Para lawan politiknya melakukan black campaign, walaupun tidak membunuh karakter Awing di tengah masyarakat, namun ini sangat mempengaruhi persepsi masyarakat umum di Kota Bekasi khususnya tentang siapa mantan calon Kandidat Walikota yang berpasangan dengan Ronny Hermawan, SH. pada Pilkada Kota Bekasi tahun 2008 lalu.

Baca juga: Ronny Hermawan, SH. Profil Sang Pengusaha Yang Terjun ke Politik karena Ikuti Jejak Ayahnya Mantan Anggota DPRD Bekasi

“Saya sendiri nggak perduli dengan apa kata orang tentang saya. Mereka melakukan black campaign memang sudah sejak sebelum tahun 2004. Saat itu saya kan pernah diminta anggota Dewan Syuro di PAC PKB wilyah Pondok Gede.” beber Awing.

“Dan saya tidak memberikan jawaban ya atau tidaknya, tapi kemudian saya mungkin dianggap setuju untuk masuk PKB melalui PAC Pondok Gede, jelasnya saya tidak tahu dan tidak pernah merasa jadi kader PKB,” ungkap Awing kepada bksOL.

Beberapa tahun kemudian, saat saya mendengar Golkar membuka Konvensi di Pusat untuk pemilihan Presiden, saya pun tertarik dengan platform program tersebut (konvensi) juga akan diberlakukan di daerah-daerah. Saat itulah saya masuk ke Golkar.


Ketika Awing ditanya tentang isyu yang beradar di tengah masyarakat mengenai nama Hendrikus untuk kepanjangan gelar H. (haji) di depan namanya. Caleg DPRD I Jawa Barat ini menjawab serius "Gak benar itu. ..!" dan ia pun menambahkan, sebenarnya dia tidak begitu perdulikan apa kata orang. Namun saat dicecar lebih jauh dan dalam, akhirnya caleg yang pemegang gelar Sarjana Ekonomi ini pun menjelaskan.

“Saya memang sempat berbicara dengan beberapa orang tentang hal tersebut. Bahkan saya sempat bertaruh dengan beberapa tokoh untuk membuktikan bahwa apakah benar nama saya seperti itu, atau isyu tentang saya adalah seorang Mu'alaf.” ungkap Awing.

“Saya minta mereka untuk mencari bukti, dimana dan kapan saya jadi mu'alaf, kemudian bila ada orang yang bicara seperti itu, maka tolong datangkan orang tersebut sebagai saksi," tantang Awing.

Bila terbukti ada data yang menyebutkan bahwa saya ini adalah seorang mu'alaf dan hal yang seperti itu maka saya akan bayar 1 milyard kepada siapa saja yang bisa membuktikan saya mu'alaf.


"Bila tidak mereka harus mau potong 1 jari kelingking mereka. Dan hal itu perlu juga disaksikan polisi, yang nantinya akan menggeret masuk penjara siapa saja yang bersalah," tegas Awing serius.

Saat sholat Shubuh berjama'ah dengan Mochtar Mohamad.

Saat itu mereka nggak berani menanggapi tantangan saya, maka saya pun nggak lagi menanggapi isyu tersebut, lagian buat apa, lha orang tua saya aja mulai dari bapak sampai kakek saya adalah asli orang Betawi.

Dulu saya lahir, tinggal dan besar di Pondok Gede, sedangkan Ayah saya kelahiran Lubang Buaya. Kemudian ibu saya sendiri asli orang Bekasi. Kenapa bisa saya dibilang orang keturunan atau beragama non-muslim? Sejak dari bapak hingga kakek saya semuanya muslim, jadi kapan saya bisa jadi seorang mualaf?

Dugaan dan isyu bahwa Awing non-muslim dan dari kalangan etnis tertentu, bermula saat "orang-orang tertentu" menduga, karena masa kecilnya Awing dulu sekolah di sekolah Kristen, SD Strada, dan SMP Strada, ditambah lagi SMAnya di ASISI Jakarta.

Awing pun menimpali, "Ya jelas aja, waktu itu kan sekolah-sekolah yang ada di Pondok Gede yang pertama kali ada adalah Strada.

Sekolah itu kan sudah berusia ratusan tahun, dan itu adalah sekolah tertua yang ada di wilayah Pondok Gede. Wajarlah bila saya memilih sekolah di sana. Untuk masalah penampilan fisik saya yang seperti orang Cina, kan bukan ukuran, jelasnya tenang.

“Banyak kok orang Palembang yang seperti etnis Cina, tapi mereka kan bukan orang Cina,” imbuh Awing. Dan dia pun tampak kurang senang menanggapi masalah ini, karena sangat berbau SARA.

Dan dia sangat tidak menyukai isyu yang bisa menimbulkan konflik SARA tersebut. Namun ia tetap mau menjelaskan duduk perkara siapa sebenarnya jati dirinya.

Semua keluarga saya dari pihak Ibu juga orang Bekasi Asli. Dari pihak Bapak saya, juga asli Betawi. Saya pun pergi haji. Tapi untuk apalah saya menanggapi isyu yang memang jelas berbau politis. Saya sendiri tidak mau membalasnya dengan melakukan hal yang sama, jelasnya.

Apa untungnya saya melayani isyu seperti itu, apa perlu klarifikasi? Justru nanti menimbulkan polemik dan masalah baru. Biasalah masyarakat kita (pen.: Kota Bekasi) memang belum siap untuk melakukan demokrasi yang sehat. Maklum masyarakatnya masih kayak Badut, dan akhirnya juga harus memilih pemimpin yang badut, jelasnya tanpa menunjukkan rasa kesal.

Saya tidak kecewa dengan kekalahan saya pada pilkada lalu, bahkan saya dapat pengalaman baru, yang sangat besar tentunya, imbuh Mahasiswa S2 untuk Ekonomi Syari'ah ini kepada kami.

Awing, yang bernama asli Asmawi ini, menegaskan “Kenapa saya tertarik berpolitik dan mengikuti partai, terutama Partai Demokrat. Ya itu tadi kembali ke pernyataan saya sebelumnya, kalau masyarakat kita ini masih banyak yang seperti badut, maka bisa jadi dan pasti memilih pemimpin yang seperti mereka yakni Badut.”

Tapi saya tidak mengatakan bahwa pemimpin yang sekarang ini badut. Bisa saja mereka para calon pemimpin melakukan strategi komunikasi yakni mencoba diri menjadi badut, kemudian setelah itu dia akan menjadi seorang pemimpin yang sebenarnya.

"Setidaknya kita bisa berharap bahwa dia akan berubah tidak lagi menjadi badut demi rakyat, namun menjadi pemimpin badut yang bukan badut. Ngerti kan maksud saya?" tanyanya di akhir kalimatnya kepada bksOL.

Ketika ditanya lebih jauh, kenapa ia berpindah partai mulai dari partai Golkar dan terakhir ke Partai Demokrat, ia pun menjawab sedikit serius.

Sebenarnya, saya suka sekali berorganisasi sejak kecil. Tepatnya ketika SMA saya sudah menjadi Ketua OSIS. Bahkan sempat saya bertemu dengan Gus Dur.

Ada beberapa tokoh masyarakat di Kota Bekasi yang omong besar, bahwa dia punya akses dekat langsung dengan Gus Dur saat itu (2001-an), tapi saat saya ada di tempatnya Gus Dur di Bekasi ketika dia berkunjung ke Bekasi, dia gak nongol batang hidungnya.

Dari situ saya belajar banyak tentang politik. Saat mengetahui bahwa Golkar membuka konvensi untuk calon presiden, maka saya pun tertarik untuk masuk Golkar. Saya banyak mengenal tokoh penting baru dari sana.

Kemudian kepindahan saya ke partai Demokrat, nah ini alasan idealisme semata. Melihat calon presidennya adalah SBY yang saat itu sudah dikenal sebagai seorang yang lumayan baik, kalau nggak mau disebut "The Best among The Worst" yah setidaknya "The Good among The Worst" lah di antara sekian banyak calon presiden RI berikutnya.

Dan lagi pertimbangan saya juga adalah, bahwa partai Demokrat ini adalah partai yang menjanjikan perbaikan, terbuka dan partai tengah (moderat). Untuk sementara waktu, Partai Demokrat masih dihuni oleh orang baik-baik.

Karena itulah akhirnya saya benar-benar serius dan masuk ke dalam partai ini, hingga pada tahun 2007 kemarin saya pun dipilih untuk memimpin DPC Partai Demokrat.

Mulai saat itulah saya sering sekali menegaskan dan memberi semangat kepada kader-kader partai Demokrat, bahwa partai ini adalah partai yang menganut paham pluralisme, nasionalis religius, serta mencontoh karakter pembina partainya (SBY) yang santun dalam berbicara, cerdas, mengakomodir setiap kepentingan yang berhadapan dengannya baik sebagai institusi kepresidenan maupun sebagai Bapak Bangsa.

Saya pun menekankan untuk tidak menghalalkan segala cara, seperti melakukan "black campaign" dalam berpolitik buat kader seorang demokrat.

Awing, yang mendapat sebutan demikian karena teman-teman sekolahnya dulu serng menyebut namanya Asmawi, dengan Awi. Kebetulan saat itu ada lagu Sunda terkenal yang dalam bahasa Sunda judulnya, "Awi Ngareumbeut" (artinya, Bambu Merembet), kemudian teman-temannya keterusan memanggilnya Awing.

Awing, yang sering bercanda dengan kader-kadernya dan para wartawan ini, meminta kepada para kadernya untuk melihat masalah nomor caleg dengan 3 hal, yakni, ketokohan di masyarakat, kepedulian dan aktivitas di partai, kemudian semangat juang di tengah masyarakat.

Janganlah mengangkat isyu-isyu yang berbau SARA, yakni masalah Suku, Agama dan Ras sebagai bahan kampanye. Kalau kita tak mau menjadi rakyat yang seperti badut. Demikian tandas sang caleg Partai Demokrat di DPRD I Jawa Barat ini. [■]


Biodata
Nama:
H. Awing Asmawi, SE

Tempat Tanggal Lahir:
Pasar Kecapi, 17-Juli-1964

Agama:
Islam

Alamat:
Jatiwarna, RT 02/04 no. 34 Pondok Melati, Kota Bekasi

Orangtua:
Nama Ayah: Sa'aman (Aman) bin Inyan
Nama Ibu: Asmi binti Iman

Saudara kandung se-ayah:
1. Manih binti Sa'aman (Aman)
2. Subur bin Sa'aman (Aman)

Saudara kandung se-Ibu:
1. Je'in bin Bo'ih
2. Supri bin Jantoy
3. Tuti binti Se'in
4. Yanti binti Se'in
5. Asep bin Se'in

Status: Menikah

Nama Istri: Juanita Asmawi
1. Tonya (SD)
2. Tanya (SMP)
3. Tasya (SD)

Riwayat Pendidikan:
1. SD-Strada, Pondok Gede, Bekasi 1972-1977
2. SMP-Strada, Pondok Gede, Bekasi 1978-1981
3. SMA ASISI, Menteng, Jakarta 1981-1984
4. Universitas Asy-Syafi'iyah, Jakarta, lulus SE tahun 2007
5. Universitas Asy-Syafi'iyah, Jakarta, kuliah S2, jurusan Ekonomi Syari'ah

Juga pernah pindah-pindah kuliah di:
- Universitas Krisnadipayana, Jakarta
- STMIK Marsudi Rini, Yogyakarta
- STMIK Bina Nusantara, Kebun Jeruk, Jakarta

Riwayat Pekerjaan:
- Owner PT Bandar Metropolitan Jaya, bidang international freight forwarding, Jakarta, 2002-sekarang
- Custom Brokerage, Tanjung Priok, Jakarta 2002-sekarang
- Jual Beli Tanah, Bekasi
- Freelance Business

Riwayat Organisasi:
- Ketua OSIS SMA Asisi, Jakarta
- Bidak Sakti Persatuan Olah Raga Catur, Bekasi
- Benteng Sakti Persatuan Olah Raga Catur, Bekasi
- AMPI
- Warga Jaya
- AMPG
- KNPI
- Kader Golkar, setelah Konvensi Golkar, DPC Kota Bekasi, tahun 1998
- Kader Partai Demokrat, DPC Kota Bekasi, tahun 2001
- Ketua DPC Partai Demokrat, 18 April 2007 hingga sekarang

Kursus/Prestasi:
- Latihan Kepemimpinan - Leadership, PKKPD
- Forwarding Business Workshop, 2003
- Custom Brokerage Workshop, 2003
- Business Gathering Seminar, 2005 [■]

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner