iklan banner AlQuran 30 Juz iklan header banner iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Dari Unisma Bekasi Menuju Universitas Muhammadiyah Indonesia

banner

Unisma Tamat, UMI Lahir. Haedar Nashir: Dari Bekasi untuk Indonesia, Kampus Muhammadiyah Siap Mendunia


 — KOTA BEKASI | Di tengah suasana pengajian Maulid Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallaam, pada Selasa, 16 September 2025, di gedung Suyati Unisma, Kota Bekasi, sebuah tonggak baru lahir di dunia pendidikan tinggi Indonesia.

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi mengambil alih pengelolaan Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi.

Upacara sederhana itu menandai babak baru perjalanan kampus yang akan berganti nama menjadi Universitas Muhammadiyah Indonesia.

Perubahan nama ini bukan sekadar ganti papan di gerbang kampus. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof, Dr. Haedar Nashir, M.Si. menyebutnya strategi memperluas kiprah Muhammadiyah di dunia pendidikan tinggi.

“Dari Bekasi untuk Indonesia, kemudian mendunia,” katanya. “Spiritnya adalah mentransformasikan kemajuan dan menjadi kekuatan penyangga bangsa dalam kehidupan bernegara.”


Transformasi itu kini tengah diproses sesuai aturan dan menunggu pengesahan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

Haedar menggarisbawahi, kampus tak boleh hanya menjadi tempat kuliah dan penelitian, melainkan pusat pembentukan sumber daya manusia berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, serta riset yang relevan bagi kebutuhan bangsa.

“Persatuan bangsa harus terus tumbuh melalui pendidikan,” ujarnya.

Warisan Panjang Unisma Bekasi

Unisma Bekasi bukan kampus baru. Didirikan pada 1982 oleh Yayasan Pendidikan Islam (YPI) “45” Bekasi. 

Universitas ini semula dirancang sebagai kampus swasta bercorak Islam yang memberi akses pendidikan bagi kelas menengah dan kaum urban di kawasan timur Jakarta.


Namanya merujuk pada semangat perjuangan 1945, sebuah simbol nasionalisme sekaligus religiusitas.

Dalam perjalanannya, Unisma sempat dikenal sebagai salah satu kampus terbesar di Bekasi, dengan fakultas hukum, ekonomi, teknik, hingga keguruan.

Namun, dinamika pengelolaan membuat kampus ini kerap tersendat. Beberapa kali terjadi pergantian kepemimpinan yayasan, perselisihan internal, hingga keterbatasan dalam membangun jaringan nasional.


Meski begitu, jejak Muhammadiyah sudah lama melekat. Sejumlah rektor Unisma, seperti dari Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Jakarta, pernah memimpin di sini.

Koneksi itu menjadi jembatan bagi pengalihan resmi pengelolaan ke Muhammadiyah pada 2025.

Dukungan dari Muhammadiyah dan Pemerintah

Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah sekaligus Menko PMK, menyebut pengambilalihan ini sebagai kelanjutan logis dari sejarah panjang tersebut.

“Kalau sekarang dialihkan ke Muhammadiyah, itu sudah seharusnya,” katanya.

Ia meminta pengurus Muhammadiyah di Bekasi ikut mendampingi agar Universitas Muhammadiyah Indonesia tumbuh menjadi kampus unggulan.

Bagi Muhammadiyah, yang kini mengelola lebih dari 170 perguruan tinggi, langkah ini memperkuat konsolidasi jaringan pendidikan.

Kehadiran Universitas Muhammadiyah Indonesia di Bekasi diproyeksikan menjadi simpul penting di kawasan megapolitan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi.

Dukungan juga datang dari pemerintah. Fauzan, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, menilai alih kelola ini sejalan dengan visi kementerian melahirkan kampus berdampak luas bagi masyarakat.

Momentum yang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi, katanya, memberi makna simbolik.

“Apa yang dilakukan Muhammadiyah adalah ikhtiar untuk menyempurnakan kebermaknaan perguruan tinggi ini. Semoga Unisma Bekasi bisa menjadi rujukan nasional maupun internasional.”

Babak Baru Bekasi

Dengan transformasi ini, Bekasi berpeluang menjadi salah satu episentrum baru jaringan pendidikan Muhammadiyah.

Dari kota industri yang kerap sesak oleh urbanisasi, Muhammadiyah mencoba menanam benih universitas yang kelak diharapkan bukan hanya melahirkan sarjana, tetapi juga membentuk watak bangsa. [■]
Reporter: NMR Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL

أحدث أقدم
banner iklan BksOL