
Christianto: Kami ingin menyuarakan aspirasi dan kekecewaan. Tapi baru masuk tiga menit, langsung diserang
Christianto berharap, ke depan GMNI Bekasi bisa bersatu dan semua kader kembali ke DPC sesuai anggaran dasar dan rumah tangga organisasi. “Kami ingin kembali ke cita-cita awal: membentuk kader yang berpihak pada rakyat,” katanya.

Di tengah pidato Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, puluhan kader muda GMNI menerobos aula Hotel Merapi Merbabu. Teriakan “Merdeka!” menggema, sebelum akhirnya berubah menjadi kepanikan.
Hanya dalam hitungan menit, adu mulut berujung bentrok fisik. Seorang kader perempuan DPC GMNI Bekasi berinisial R terkapar dengan luka di kepala—diduga terkena lemparan gelas kaca.
Ketua DPC GMNI Bekasi, Christianto Manurung, menuturkan kepada sejumlah awak media bahwa pihaknya datang karena merasa tersisih dari proses penyelenggaraan acara.
“Kami ingin menyuarakan aspirasi dan kekecewaan. Tapi baru masuk tiga menit, langsung diserang,” kata Christianto lewat sambungan WhatsApp.
Komentar Sidik Warkop: “Lho, katanya ‘konferensi cabang’, kok malah jadi ‘konfrontasi cabang’? Kalau begini, sepertinya yang butuh visum bukan cuma kader yang luka, tapi juga akal sehat yang terserang ego.”
Menurut Christianto, aksi itu bentuk protes atas dualisme yang terjadi di tubuh GMNI Bekasi. “PA GMNI Bekasi ini aktor utama perpecahan. Kami datang bukan untuk rusuh, tapi untuk menuntut kejelasan masa depan organisasi,” ujarnya.
Namun niat itu justru dibalas dengan kekerasan. “Kami mundur, tapi tiba-tiba gelas kaca melayang dan mengenai kepala kader perempuan kami,” tambahnya.
Korban pun langsung dibawa ke rumah sakit dan menjalani visum. Laporan resmi telah dilayangkan ke Polres Metro Bekasi.
Christianto mendesak agar kepolisian menuntaskan kasus ini dan meminta Konfercab PA GMNI Bekasi dibubarkan.
“Selama ini mereka menjadi sumber konflik. Kami ingin organisasi ini bersatu kembali sesuai AD/ART,” katanya.
Komentar Sidik Warkop: “Biasanya banteng kalau marah nanduk, tapi yang ini bantengnya melempar gelas. Mungkin karena sudah terlalu lama di ruangan ber-AC, jadi lupa caranya berdialog dengan kepala dingin.”
Di sisi lain, Ketua PA GMNI Kota Bekasi, Heri Purnomo, memilih meredam suasana. Ia menyebut kericuhan itu hanya akibat salah paham dan tidak ada konflik mendasar antara alumni dan kader aktif.
“Namanya juga dinamika organisasi,” ujarnya singkat.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Panitia, Cesa yang juga menjabat sebagai wakil ketua Persatuan Alumni GMNI dimana ketuanya Heri Purnomo.
"Mereka kan masih (darah) muda, namanya juga dinamika organisasi." jawab Cesa kepada media.
Namun bagi sejumlah pengamat pergerakan mahasiswa, pernyataan itu terlalu ringan.
Mereka menilai insiden ini mencerminkan krisis regenerasi dan komunikasi dalam tubuh organisasi tua itu.
GMNI di banyak daerah memang kerap terbelah antara alumni yang ingin “mengarahkan” dan kader yang ingin “berdiri sendiri”.
Sementara itu, suasana pasca-kericuhan di Hotel Merapi Merbabu masih terasa panas walaupun akhirnya menjelang petang mulai terasa adem.
Beberapa peserta tampak mengevakuasi korban, sementara panitia sibuk menenangkan peserta dan aparat kepolisian mulai berjaga di lokasi.
Komentar Sidik Warkop: “Kalau yang muda dianggap pembangkang dan yang tua merasa paling tahu, ya ujung-ujungnya gelas melayang, bukan gagasan yang terbang. Demokrasi kadang kalah cepat dari emosi.”
Bagi publik Bekasi, peristiwa ini menambah daftar panjang organisasi yang pecah kongsi gara-gara ego kelompok.
Dari ormas sampai partai, sekarang giliran organisasi mahasiswa ikut pamer otot.
Christianto berharap, ke depan GMNI Bekasi bisa bersatu dan semua kader kembali ke DPC sesuai anggaran dasar dan rumah tangga organisasi.
“Kami ingin kembali ke cita-cita awal: membentuk kader yang berpihak pada rakyat,” katanya.
Namun tanpa refleksi mendalam dan dialog terbuka, persatuan itu tampak masih jauh. Apalagi jika setiap perbedaan pandangan diselesaikan dengan benda tumpul.
Komentar Sidik Warkop: “Gelas sudah pecah, tapi semoga idealisme jangan ikut retak. Soalnya kalau semangat kemerdekaan mahasiswa cuma sebatas teriakan ‘Merdeka!’ sebelum adu jotos, ya nanti generasi penerusnya tinggal beli plester dan air oksigen.”. [■]
Post a Comment
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL