contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Membandingkan Kandidat Cawalkot Gus Sholihin & Jurnalis Yoyo Suharyono dengan Kaesang Pengarep

banner

Robi Usrez: Semakin Tinggi Popularitas Seseorang Untuk Ikut Kontestasi Pilkada Maka Semakin Tinggi Pula Resistensi Publik, Ini Lawan Setara Kandidat Independen

bekasi-online.com, Senin 25 Maret 2024, 15:20 WIB
Gus Sholihin, Ketua DPC PPP Kota Bekasi, Aleg DPRD Kota Bekasi yang akan bertarung melawan kandidat lainnya seperti Yoyo Haryono, Jurnalis Senior yang juga putra daerah dan mengabaikan lawan dari kandidat PSI, Kaesang Pengarep.

BEKASI, BksOL – Membandingkan para kandidat calon walikota satu sama lain adalah satu hal yang harus dilkukn sebagai bahan pertimbangan publik dan dimulai dari media serta para pengamat sosial. Itu yang dikatakan oleh Robi Usrez kepada BksOL, Kamis 22/03/2024.

Kali ini pengamat masalah sosial Robi Usrez bandingkan tokoh putra kedua presiden Joko Widodo, Karsang Pengarep dengan tokoh independen Kota Bekasi, Yoyo Suharyono.

Sosok Yoyo Suharyono akhir-akhir ini masuk trending topic di kalangan warga Kota Bekasi, yang digadang-gadang menjadi bakal calon Wali Kota Bekasi periode 2024-2029. Ternyata, hal itu tidak dibantah oleh Yoyo sendiri.

Alasan, rencana Yoyo mencalonkan Wali Kota Bekasi ingin ikut andil meramaikan kancah politik untuk berkontestasi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2024 ini.

“Saya ingin maju mencalonkan menjadi walikota Bekasi, karena melihat mirisnya keadaan warga kota Bekasi,” terang dia.

Putra daerah Kota Bekasi itu, menganggap perlu ada peningkatan tentang perekonomian kemasyarakatan.

Perlu diketahui juga, Yoyo yang memang meniti karier sebagai seorang jurnalis dari era 90an ini, mengaku mengetahui persis kondisi dan situasi Kota Bekasi.

“Kota metropolitan seperti Bekasi tapi masih ada yang terkena gizi buruk (stunting),” ungkapnya.

Dengan begitu, ia menilai perlu ada kebijakan tentang hak-hak warga kota bekasi bagi yang terkena stunting.

“Harus ada perhatian dari pemerintah yang warga mengontrak atau rumah sendiri berhak mendapatkan dari pemerintah,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dilansir rri.co.id, Pelaksanaan Pilkada Kota Bekasi saat ini sudah masuk tahapan persiapan. Hal ini mengacu pada Peraturan KPU (PKPU) Nomor 2 Tahun 2024.

Ketua KPU Kota Bekasi, Ali Syaifa mengatakan, persiapan menyangkut berbagai hal. Mulai dari persiapan dan kesiapan anggaran, program tahapan dan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana Pilkada.

“Berdasarkan PKPU Nomor 2 Tahun 2024 tentang program dan jadwal, Pilkada sudah masuk tahapan persiapan. Salah satu persiapannya adalah kesiapan anggaran, program dan penyiapan SDM,” kata Ali Syaifa, Kamis (21/3/2024).


Sedangkan pembahasan tentang Kaesang Pengarep yang bukan putra daerah dan hendak menjadi kandidat calon walikota Bekasi sedikit banyak menimbulkan kontroversi.

Bisa jadi dukungan terhadap Kaesang Pengarep sebagai Ketum PSI⁩ ini didorong kepercayaan diri para pendukung Kaesang Pengarep dengan perolehan 2 kursi PSI di Kota Bekasi, hanya karena betapa populer nya sang putra presiden.

Tentunya dengan pemahaman dukungan ‘amunisi’ yg sangat besar dalam pikiran mereka bisa setara dengan kekuatan kandidat lainnya yang perolehan kursinya sama, yakni PPP di DPRD Kota Bekasi dengan jagoan terkuatnya, Gus Sholihin sang politisi 3 periode di dewan.

Hal ini didorong karena pendukung kandidat Kaesang yang kebetulan juga berprofeai sebagai jurnalis itu, sebut saja namanya si fulan bin falon itu, menyatakan, Pasangan calon walikota dan wakil walikota pada Pilkada serentak 2024  yang diusung partai politik setidaknya mendapat 20 pesen dari jumlah kursi DPRD.  

“Logika politik tentunya partai partai politik akan mengusung  calon walikota mempertimbangkan  perolehan suara di DPRD. (Memang itu kandidat) dapat berapa kursi ya di Pemilu 2024? Kok bisa jadi kuda hitam cawalkot?” sindir fulan bin falon kepada pencalonan Gus Sholihin, sang kandidat calon walikota dari PPP Kota Bekasi ini.

Dan hal itu pun dibalas oleh pengamat sosial dari Kota Harapan Indah Robi Usrez, yang menyindir pendukung PSI baru bisa dapat 2 kursi DPRD di Kota Bekasi menyamai petahana 2 kursi PPP saja sudah besar kepala sombong merasa diri hebat.

“Baru dapat 2 kursi bisa menyaingi Petahana saja para pendukung PSI sudah kepedean mau usung ketum PSI ikut pilkada di Kota Bekasi?” ungkap Robi Usrez.

Semakin ngetop seseorang tokoh ikut politik maka semakin besar pula resistensi atau penolakan publik kepada dirinya. Ini berlaku buat Anies, Cak Imin, Prabowo dan juga Ganjar. Termasuk bocil seperti Kaesang apalagi Samsul kakaknya.

Jadi tak heran kasus gagalnya Vicky Prasetyo, Aldi Taher atau selebriti bahkan tokoh terkenal lainnya di pileg lalu sebagai bukti popularitas terkadang tidak sebanding dengan elektabilitas, jika resistensi (penolakan) publiknya juga sangat besar.

Apa itu resistensi dalam budaya orang Indonesia pasca penjajahan Belanda?


Hal yang dimaksud dengan resistensi di sini adalah adanya perlawanan dari pihak yang dijajah (didominasi) berhadapan dengan pihak penguasa (penjajah). Perlawanan tersebut muncul dalam berbagai cara dan sifat sesuai dengan sikap-sikap dan kebijakan penjajah berhadapan dengan watak kultural masyarakat setempat.

Jadi sosok Kaesang Pengarep yang populer dianggap menjadi lawan semua pihak di pilkada mendatang karena bukan putra daerah adalah hal yang wajar, sehingga timbul resistensi tinggi di pilkada Kota Depok, Pilgub DKI Jakarta bahkan juga pilkada Kota Bekasi.

Maka lawan sepadannya bukan cuma Gus Sholihin sebagai ketua DPC PPP dengan perolehan kursi yang sama dengan PSI di Kota Bekasi, bahkan lawan kandidat independen seperti Yoyo Suharyono, kandidat cawalkot dari kalangan jurnalis ataupun kandidat independen lainnya, Kaesang belum tentu menang.

Sebagai catatan yang perlu diingat ulang: Hal yang dimaksud dengan resistensi di sini adalah adanya perlawanan dari pihak yang dijajah (didominasi) berhadapan dengan pihak penguasa (penjajah). Perlawanan tersebut muncul dalam berbagai cara dan sifat sesuai dengan sikap-sikap dan kebijakan penjajah berhadapan dengan watak kultural masyarakat setempat. [■]

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner