iklan banner AlQuran 30 Juz iklan header banner iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

HUT ke-80 RI, Bekasi Hadapi Persoalan Sampah, Banjir, dan Kemiskinan

banner

Pengangguran 7,9 Persen, Bekasi Masih Dibayangi Masalah Lingkungan, Sampah, Banjir, dan Kemiskinan


Kemerdekaan Belum Merata, 104 Ribu Warga Bekasi Menganggur, RTH Baru 13 Persen, Kualitas Hidup Warga Bekasi Jadi Sorotan, Biaya Hidup Tinggi, UMKM Terbatas, Bekasi Belum Lepas dari Tekanan Ekonomi, kata Koordinator BEM PTNU Fiqril Ismail.

 — BEKASI | Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Kota Bekasi berlangsung meriah. Namun, di balik suasana kemerdekaan, masyarakat masih dihadapkan pada sejumlah persoalan mendasar: lingkungan, ekonomi, dan pengangguran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, tingkat pengangguran di Kota Bekasi mencapai 7,9 persen atau sekitar 104.170 orang dari total penduduk 2,03 juta jiwa. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.

“Harus kita akui bahwa kemerdekaan belum sepenuhnya menghadirkan kesejahteraan bagi warga Kota Bekasi.

Fiqri Ismail, koordinator BEM PTNU Bekasi Raya (foto: istimewa) 

Persoalan lingkungan, ekonomi, dan pengangguran menjadi pekerjaan rumah bersama yang tidak bisa diabaikan,” kata Fiqril Ismail, Koordinator BEM PTNU Daerah Bekasi Raya, saat ditemui seusai peringatan HUT RI, Sabtu (17/8/2025).

Tantangan Lingkungan

Meski dikenal sebagai salah satu kota penyangga ibu kota dengan pembangunan yang terus berkembang, Bekasi masih bergulat dengan persoalan lingkungan.

Sampah menumpuk di sejumlah titik, banjir musiman menghantui kawasan permukiman, dan kualitas udara kian menurun.

Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) juga jauh dari target. Kota Bekasi seharusnya memiliki 30 persen RTH dari total wilayah, dengan rincian 20 persen RTH publik dan 10 persen privat.

Namun, hingga kini realisasi baru mencapai 13 persen. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan soal ketersediaan lahan dan prioritas kebijakan tata kota.

Tekanan Ekonomi

Dari sisi ekonomi, tingginya biaya hidup di perkotaan tidak selalu sebanding dengan penghasilan masyarakat. Rata-rata upah buruh tercatat Rp 3,04 juta per bulan, sementara kebutuhan rumah tangga terus meningkat.


Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang diharapkan menjadi penopang perekonomian, masih menghadapi keterbatasan modal dan akses pasar.

Menurut BPS, angka kemiskinan di Kota Bekasi per Maret 2024 mencapai 4,01 persen atau sekitar 128.840 jiwa. Angka itu memang termasuk rendah di Jawa Barat, tetapi tetap menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

“Bekasi adalah miniatur Indonesia. Jika masalah di kota ini bisa ditangani, maka itu bisa menjadi contoh bagi daerah lain. Merdeka sejati artinya masyarakat hidup aman, sehat, sejahtera, dan memiliki pekerjaan yang layak,” ujar Fiqril.

Harapan ke Depan

Peringatan 80 tahun kemerdekaan menjadi momentum refleksi bersama. Semangat merdeka, menurut Fiqril, seharusnya tidak hanya diwujudkan dalam upacara seremonial, tetapi juga melalui kerja nyata.

Pemerintah daerah bersama masyarakat sipil diharapkan mempercepat langkah dalam menciptakan keadilan sosial, pemerataan pembangunan, serta mengatasi masalah pengangguran dan lingkungan.

Dengan begitu, cita-cita kemerdekaan yang digariskan para pendiri bangsa—keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia—dapat benar-benar terwujud di Kota Bekasi. [■]
Reporter: NMR - Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL
banner iklan bawah post 1
banner bawah post 2

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL

Previous Post Next Post
banner iklan BksOL