iklan banner AlQuran 30 Juz iklan header banner iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Ricuh Aleg Kota Bekasi A vs ARH: Saatnya Menyudahi, Bukan Menambah Bara

banner

Rapat Banggar Jadi Toyor Kepala hingga Dugaan Cashback APBD Yang Seharusnya Bisa Diselesaikan Damai

bekasi-online.com | Selasa, 23 Sep 2025 - 19:57 WIBNMR - SRiz
Foto: ilustrasi karikatur 3D by Dikriz

Ahmadi dan Arif Rahman Hakim berseteru di ruang Banggar, tapi publik menanti keduanya duduk bersama. Dari tudingan toyor kepala hingga ancaman bongkar perjalanan dinas, perseteruan dua anggota DPRD Bekasi bisa berakhir dengan islah. Karena yang dibutuhkan warga adalah solusi, bukan konflik.

 — KOTA BEKASI | Kisruh dua anggota DPRD Kota Bekasi, Ahmadi dari PKB dan Arif Rahman Hakim dari PDIP, kian menegaskan bahwa rapat Badan Anggaran (Banggar) tidak selalu sekadar hitung-hitungan angka.

Kadang bisa berubah jadi arena tinju ringan—lengkap dengan toyor kepala dan ancam-ancaman membuka aib perjalanan dinas.

Semua bermula dari perdebatan target APBD 2026. Ahmadi, atau yang akrab disapa Bang Madong, mendorong agar target dinaikkan lebih tinggi dari sekadar 90 persen.

Liputan TribunNews Bekasi, Kader PKB Diduga Ditoyor Aleg PDIP, DPC PKB Kota Bekasi langsung rapat mendadak Senin malam 22/9/2205.

Alasannya sederhana: ada dana tambahan dari pusat dan provinsi, jadi kenapa harus puas dengan angka tahun lalu?

“Kalau bisa lebih besar, kenapa harus ditahan? Kan buat warga juga,” kata Bang Madong kepada BekasiOL lewat WhatsApp, Selasa (23/9/2025) malam.

Di sisi lain, Arif Rahman Hakim alias ARH, yang sudah lebih senior di DPRD, justru menolak usulan itu. Baginya, menaikkan target bukan perkara sepele. Lebih baik target tetap realistis agar gampang tercapai.

Isu “Cashback” APBD
Bang Madong curiga, penolakan itu punya aroma tak sedap. Ia menyindir, jangan-jangan ada yang berharap semacam cashback atau “bonus politik” kalau target dibiarkan rendah.

“Apa dia (ARH) pikir kalau target gampang tercapai lalu ada cashback buat pejabat? Kan nggak gitu juga caranya!” ujar Bang Madong, separuh serius, separuh satir.

Tudingan itu tentu saja berat. Sebab artinya, rapat Banggar bisa saja dititipi kepentingan eksekutif agar target tetap manis di atas kertas. Bagi publik Bekasi, APBD Rp 7 triliun lebih mestinya bukan ladang bonus, tapi ladang pembangunan.


Dari Angka ke Adu Kepala
Perdebatan itu tak berhenti di meja rapat. Usai sidang Banggar, emosi semakin panas. Ahmadi mengaku kepalanya ditoyor oleh Arif. “Ini bukan kali pertama, ini yang kedua. Dulu saya pernah hanya dimaki, sekarang sudah main tangan,” katanya.

Dan kini laporannya sudah diterima pihak Polrestro Bekasi Kota, tinggal menunggu tindak lanjut, karena masalah ini pun langsung dirapatkan secara mendadak oleh DPC PKB kota Bekasi.

Tak mau disalahkan, Arif balik pasang ancaman: ia siap membongkar dugaan reimbersement berlebih perjalanan dinas yang dilakukan Ahmadi.

Tawaran damai dari sejumlah kolega dewan pun ditolak mentah-mentah. Alhasil, Bang Madong melangkah ke Polres Metro Bekasi Kota, resmi melaporkan sang kolega, Bang Arif.

Pasal yang dikenakan adalah tipiring -- tindakan pidana miring. Nggak dong. Tindak pidana ringan, karena toyor itu masuk kata kerja yang kategori melecehkan obyeknya, bukan kategori ganda campuran 

Politik Makan Energi
Bagi sebagian anggota DPRD kota Bekasi, kasus ini hanyalah puncak dari gesekan lama.

“Banggar itu forum kompromi, tapi sering jadi arena adu gengsi,” ujar seorang staf DPRD. Perseteruan pribadi semacam ini, kalau dibiarkan, hanya akan menguras energi dewan.

Sidik Warkop, yang juga dikenal sebagai jurnalis senior berprofesi komika turut mengomentari konflik kecil ini. Baginya ini masalah pribadi yang dibawa dari ranah institusi lembaga Dewan.

"Harusnya memang tak ada kericuhan, namun jika seorang anggota dewan yang terpilih karena memiliki dukungan konsituen nya sendiri, pasti lah akan merasa tersinggung jika harga dirinya diusik." ungkap Sidik Warkop.

"Meskipun saya dengar dari pihak ARH sendiri katanya tidak melakukan penoyoran, hmmm kok kedengaran toyor menoyor ini jadi aneh ya? Tapi pada intinya penoyoran ini masuk kategori melecehkan. Saya tahu pengakuannya Bang ARH bilang hanya menepis topi milik Bang Madong dan nyaris jatuh topinya." kata Sidik lagi.

"Tapi egonya serta harga diri pribadi sebagai wakil rakyat, wajarlah Bang Madong merasa ditoyor. Tinggal buktikan saja nanti di aparat hukum." pungkas Sidik yang menyarankan sebaiknya mereka berdamai dan main game bareng lagi. Sa'aje nih Bang Sidik Warkop.

Dalam bahasa Betawi, "toyor kepala" berarti mendorong atau menjidat seseorang dengan telapak tangan secara ringan di bagian kepala.

Kata "toyor" merujuk pada tindakan mendorong menggunakan telapak tangan, dan "kepala" merujuk pada bagian kepala itu sendiri.
 
Jadi, ketika seseorang mengatakan "toyor kepala", itu adalah instruksi atau deskripsi dari tindakan menjidat seseorang.

Masyarakat pun mulai gerah. “Kami butuh solusi anggaran, bukan tontonan adu toyor,” kata seorang akademisi Universitas Islam 45 Bekasi yang kini namanya berganti jadi UMI (Universitas Muhammadiyah Indonesia). Ingat ya, yang diganti nama kampusnya, bukan nama akademisinya, yang biasa dipanggil Abi sama calon istrinya, masak diganti dipanggil Umi?

Islah, Jalan yang Dinanti
Di luar gedung dewan, suara publik justru jelas: selesaikan dengan damai. “Kalau ada masalah pribadi, bicarakan baik-baik. Jangan sampai APBD jadi korban,” ujar seorang tokoh masyarakat di Harapan Jaya, Bekasi Utara, yang tak mau disebut namanya ini, tapi bagi pembaca BekasiOL pasti tahu siapa yang dimaksud.

Sumber internal menyebut, pimpinan dewan sedang menyiapkan forum kecil untuk mempertemukan keduanya. “Kalau tidak segera islah, konflik bisa merembet ke fraksi-fraksi lain,” katanya.

Menunggu Sikap Bijak
Kini semua tergantung pada Bang Madong dan ARH. Mereka bisa terus saling tembak dengan “peluru panas” masing-masing, atau memilih menyarungkan senjata politik dan kembali fokus mengurus warga.

Publik Bekasi menanti, apakah DPRD akan dikenang sebagai rumah gaduh penuh drama, atau rumah rakyat yang penuh solusi.

Karena sesungguhnya, Bekasi lebih butuh jalan mulus daripada kisah “toyor kepala” yang terus digoreng.

Saatnya dua legislator itu ingat: islah lebih berharga daripada kemenangan sesaat. Kota Bekasi butuh kerja, bukan keributan. [■]

Reporter: NMR Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL

أحدث أقدم
banner iklan BksOL