Perjuangan Anak Kampung Asli Pondok Ungu Yang Prihatin Seni Budaya Lokal Nyaris Tak Diperhatikan Pemkot
Disparbud Kota Bekasi mengakui bahwa Hajatan Kampung Pondok Ungu ini merupakan satu acara rutin Kecamatan Medan Satria yang diikuti para peserta anak-anak dari banyak daerah di luar Kota Bekasi yang bisa mengundang banyak para seniman tari cilik dan berpotensi dilestarikan seperti Festival Adu Bedug Dondang Kota Bekasi.
Namanya mungkin tidak sepopuler selebgram, tapi di dunia seni dan budaya di Kota Bekasi, Baba Rudi adalah legenda yang hidup — tokoh yang masih percaya kalau pelestarian budaya bukan cuma urusan seremoni, tapi soal hati dan tekad.
Tahun ini, lewat Hajatan Kampung Pondok Ungu Jilid 2, yang seharusnya disebut Hajatan Kampung Nyang Kedua, yang kembali dikelola oleh Baba Rudi demi membuktikan bahwa semangat bisa lebih kuat dari anggaran.
Bayangkan, ada 73 peserta Lomba Seni Tari Tradisional Nusantara yang ikut tampil memukau di atas panggung, dari tingkat TK sampai SMK.
Padahal, menurut Disparbud Kota Bekasi, EO profesional saja paling banter bisa menggelar lomba serupa dengan 50 peserta — itu pun dengan sponsor dan dana sponsor dari Pemkot.
“Kalau nunggu anggaran turun, budaya kita keburu mati gaya,” kata Baba Rudi, separuh bercanda saat ditemui tim BekasiOL di sela persiapan acara.
Acara yang digelar pada 9 November 2025 di Jalan Raya Bekasi Km.28 (arah masuk PT Gold Coin) ini menjadi bukti betapa besar tekad warga Kampung Pondok Ungu dalam “Merawat Budaya, Menjaga Bangsa.”
Tak cuma tari, ada juga penampilan seni Betawi, topeng, dangdut, stand-up comedy, hingga santunan yatim piatu — semua diatur dengan gotong royong, bukan dana proyek.
Yang bikin salut, Baba Rudi membiayai banyak kebutuhan dari kantong pribadi, mulai dari panggung, konsumsi, hingga hadiah lomba.
Dari anak-anak kecil yang menari dengan wajah sumringah, sampai remaja yang mulai paham makna sejarah Sasak Kapuk 1945, semua ikut larut dalam suasana meriah dan penuh makna.
“Harapan saya cuma satu, pemerintah daerah bisa lebih memperhatikan kegiatan seperti ini. Tahun depan, mudah-mudahan ada dukungan dari APBD seperti acara Festival Adu Bedug Dondang Bekasi,” ujar Baba Rudi penuh harap.
Bahkan kata salah satu Kepala Bidang di Dinas Pariwisata Budaya Kota Bekasi, Festival Adu Bedug Dondang kini sudah mendapatkan APBD sejak beberapa tahun lalu, senilai Rp75 juta per acara tahunan.
"Hanya saja, nantinya Baba Rudi harus mengajukan proposal secara khusus bukan hanya ke Pemkot Bekasi tapi juga ke Anggota Dewan untuk dituangkan ke dalam pokir (pokok pikiran) para wakil rakyat," tuntas Dedi, Kabid di Disparbud Kota Bekasi.
Di samping itu, selain lomba tari, Hajatan Kampung Pondok Ungu juga mengangkat kembali tradisi “Nyorog” — budaya khas Bekasi menjelang Lebaran, di mana kaum muda memberikan hadiah kepada orang tua atau sesepuh mereka sebagai bentuk hormat dan kasih sayang menjelang di akhir bulan puasa.
Kalau Festival Adu Bedug Dondang bisa jadi ikon budaya lokal Bekasi di wilayah Bantar Gebang hingga menyebar ke seluruh kecamatan di Kota Bekasi hingga Kabupaten Bekasi, kenapa Nyorog tidak bisa jadi ikon budaya asli Bekasi? tanya Baba Rudi, yang kini diakui banyak pihak sebagai salah satu pejuang budaya paling gigih di Medan Satria.
Dan benar saja — di panggung sederhana tapi penuh makna itu, Bekasi seakan menari lagi, diiringi semangat seorang Baba Rudi yang tak kenal lelah menjaga jati diri kotanya. [■]








إرسال تعليق
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL