contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Ki Kusumo: Cap Go Meh Pererat Kerukunan Antaretnis

banner
Ki Kusumo
SENSASITAR.COM Etnis Tionghoa di Indonesia patut berterimakasih kepada KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur almarhum. Berkat mantan Presiden RI ke-4 itulah masyarakat Cina boleh merayakan lagi hari-hari keagamaan mereka.

Setelah perayaan Imlek yang cukup meriah tahun ini, etnis Tionghoa merayakan datangnya Cap Go Meh. Acara ini berlangsung hamper di berbagai tempat di Indonesia, terutama wilayah yang terdapat etnis Cina. Di Singkawang, Kalimantan Barat bahkan diadakan upacara secara besar-besaran, karena kota yang terletak di sebelah utara Pontianak itu dihuni oleh mayoritas etnis Cina.



Perayaan Cap Goh Meh di Singkawang biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau klenteng. Perayaan dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para tatung berasal dari berbagai vihara yang tersebar di seluruh Singkawang, oleh karena itu tak heran kalau Singkawang juga mendapat julukan kota seribu kuil.

Dalam 1 vihara atau klenteng kadang terdiri lebih dari 1 orang Tatung. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung di tandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuhnya.


Ada juga yang naik tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut. Kegiatan ini telah mulai dikembangkan sebagai objek pariwisatauntuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaanImlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulanpertama.

Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dariPenang, Malaysia.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Liong dan Barongsai Indonesia, Ki Kusumo, perayaan Cap Go Meh memiliki makna yang sangat penting, tak hanya bagi kaum Tionghoa, namun juga untuk seluruh warga Bekasi. Pasalnya, dari perayaan itu tak sekadar berharap keselamatan dan kesejahteraan, namun juga tercipta kerukunan antar umat beragama dan terjalin persatuan antar warga.


“Semoga dari perayaan Cap Go Meh tahun ini, bisa lebih memberikan pengaruh potisif bagi seluruh warga di Kota Bekasi. Kita berkumpul bersama, bersuka cita, tanpa saling membeda-bedakan suku, ras, atau agama. Cap Go Meh bisa mempererat kerukunan antar etnis,” terang Ki Kusumo di Bekasi, dalam perayaan Cap Go Meh di Bekasi, baru-baru ini.

Selain itu, Ki Kusumo berharap Kota Bekasi bebas dari segala petaka. “Mari kita berdoa bersama, agar Bekasi ke depannya menjadi kota yang jauh dari petaka dan masyarakat diberikan pemimpin yang jauh lebih baik dari pemimpin saat ini,” pinta Ki Kusumo.


Tahun ini, Perayaan Cap Go Meh di Bekasi dipusatkan di Vihara Hok Lay Kiong, Selain doa bersama, digelar pula Ritual Ruwat Bumi, yaitu dengan melakukan arak-arakan Toa Pe Kong (Patung Dewa) keliling kota Bekasi. Rutenya adalan Jl. Kartini-Hasibuan, Jl. Veteran-Bulan-Bulan hingga Pasar Lama-Inpres. Arak-arakan makin meriah dengan tampilnya berbagai kesenian tradisional, mulai dari Ondel-ondel, Reog Ponorogo hingga puluhan Liong dan Barongsai.(hw)

Post a Comment

Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL

Previous Post Next Post
banner