Disbudpora Kabupaten Bekasi Dorong Literasi Sejarah dan Kearifan Lokal Lewat Hari Museum Nasional 2025
Iman Nugraha: Kami ingin generasi muda Bekasi memahami bahwa museum bukan tempat yang kaku dan membosankan, tetapi ruang belajar yang hidup, inspiratif, dan mencerminkan identitas budaya daerah
Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbudpora) seolah ingin menegaskan kembali: museum bukan sekadar ruang pajangan benda mati, melainkan tempat berdenyutnya kesadaran sejarah dan jati diri daerah.
Acara yang dihadiri Wakil Bupati Bekasi dr. Asep Surya Atmaja, Kepala Disbudpora Iman Nugraha, Ketua Komisi II DPRD Ani Rukmini, hingga Kapolsek Tambun Selatan Kompol Wuryanti, memperlihatkan wajah sinergi lintas sektor — yang dalam konteks politik budaya, jarang benar-benar terwujud kecuali jika menyentuh sesuatu yang lebih fundamental: identitas dan memori kolektif masyarakat Bekasi.
“Gedung Juang adalah saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi. Kita wajib melestarikan dan menghidupkannya sebagai cagar budaya kebanggaan daerah yang mencerminkan semangat gotong royong dan nasionalisme,” tegas dr. Asep Surya Atmaja dalam sambutannya.
Ucapan itu bukan sekadar basa-basi protokoler. Di tengah derasnya gelombang komersialisasi ruang publik, kata-kata Asep terdengar seperti alarm yang mengingatkan bahwa sejarah sedang terancam dilupakan oleh generasi yang lebih sibuk menggulir layar ponsel ketimbang membuka arsip perjuangan.
Tak berhenti di nostalgia, Asep pun menyinggung rencana strategis: pengembangan Museum Digital Gedung Juang 45 sebagai pusat edukasi sejarah dan interaksi budaya modern.
Langkah ini, katanya, sejalan dengan semangat transformasi digital nasional sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Transformasi digital itu, jika benar dijalankan, bisa menjadi jembatan antara masa lalu yang heroik dan masa depan yang dinamis — asalkan tak terjebak jadi proyek seremonial tanpa roh.
Sementara itu, Kepala Disbudpora Kabupaten Bekasi Iman Nugraha menegaskan bahwa peringatan Hari Museum Nasional kali ini bukan acara tahunan biasa.
“Kami ingin generasi muda Bekasi memahami bahwa museum bukan tempat yang kaku dan membosankan, tetapi ruang belajar yang hidup, inspiratif, dan mencerminkan identitas budaya daerah,” ujarnya.
Dari pernyataan itu, tersirat keinginan menggeser paradigma lama: bahwa museum bukan ruang sunyi berdebu, tapi arena hidup di mana kreativitas, riset, dan warisan lokal bisa bertemu.
Iman menjelaskan, kegiatan malam itu dipenuhi agenda edukatif dan rekreatif: pameran benda bersejarah, pertunjukan seni tradisional, pemutaran film dokumenter, hingga bazar UMKM yang menampilkan produk khas Bekasi.
Sebuah langkah konkret yang, menurutnya, merupakan implementasi langsung dari Pasal 32 UUD 1945 — bahwa negara wajib memajukan kebudayaan nasional di tengah perubahan zaman.
“Kami ingin generasi muda mencintai sejarahnya sendiri, bukan hanya mengenal tokoh dari luar daerah,” imbuh Iman dalam nada optimistis.
Acara pun ditutup dengan pertunjukan musik tradisional dari berbagai sanggar budaya lokal.
Simbol sederhana tapi kuat: masyarakat Bekasi masih punya denyut seni yang hidup, walau sering tersisih oleh gegap-gempita budaya urban dan proyek infrastruktur yang kian menelan ruang ekspresi rakyat kecil.
Jika dibaca lebih jauh, peringatan Hari Museum Nasional di Gedung Juang 45 bukan hanya agenda Disbudpora, tetapi semacam upaya rekonstruksi memori publik — menautkan kembali generasi hari ini dengan akar sejarahnya.
Sebab di balik dinding bata merah yang pernah menyaksikan revolusi, kini ada perjuangan baru: menyelamatkan ingatan agar tidak terkubur di bawah beton modernitas.
Dan mungkin, ketika pemerintah Kabupaten Bekasi menyebut visi “Bekasi yang Maju, Berbudaya, dan Sejahtera”, inilah wujud paling nyata dari kata berbudaya itu — bukan sekadar slogan, melainkan perjuangan menyalakan api sejarah di tengah arus zaman yang kian melupakan. [■] 


إرسال تعليق
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur BksOL