Ronny Hermawan, SH. Sesalkan Adanya Buddha Bar di Teuku Umar Jakarta

BuddhaBar, Dinilai Lecehkan Agama Buddha Namun Meski Protes dengan Adanya Kasus Ini, FABB Berterimakasih

bekasi-online.com, Senin, 6 Oktober 2008 12:46 WIB by: DikRizal

Buddha Bar Jakarta di Jalan Teuku Umar No.1, Jakarta Pusat

JAKARTA, bksOL - Berikut pembahasan artikel sebuah media online Senatus.net dalam bahasa Inggris dengan terjemahannya tentang Buddha Bar, yang baru saja dibuka di Jakarta, Jln. Teuku Umar No.1, Jakarta Pusat.

JAKARTA The vibrant Indonesian capital is the first city in Asia to host the famous Parisian-originated Buddha Bar.

JAKARTA, ibukota Indonesia yang penuh nuansa warna adalah kota pertama di Asia yang menjadi tuan rumah bagi usaha resto terkenal asli orang Paris, Buddha Bar.

Raymond Visan open the first Buddha Bar in Paris in 1996, and it still is one of the very few must see and be seen world known venue. After London, New York, Dubai, Sao Paulo, Kiev, Cairo and Beirut, the Buddha Bar experience can be now appreciated in the Indonesian capital of Jakarta.

Raymond Visan membuka Buddha Bar pertamanya di Paris tahun 1996, dan masih menjadi salah satu venue yang harus dikunjungi di dunia. Setelah London, New York, Dubai, Sao Paulo, Kiev, Kairo dan Beirut, suasana Buddha Bar kini bisa dirasakan experience can be now appreciated di ibukota Indonesia, Jakarta.

The beautiful exterior décor is inspired by authentic Javanese and Colonial style in the antique period of time and it strikes a stunning vision of a classical structure of a giant ancient palace, providing an impressive façade against the understated Teuku Umar setting.

Indahnya dekorasi eksterior terinspirasi oleh gaya otentik budaya Jawa dan kolonial di masa periode antik, dan menyeruak pandangan hingga mempesonakan dari struktur klasik tempat lawas berukuran raksasa, menghasilkan penampakan bagian depan gedung yang impresif berbeda dengan setting lingkungan di Teuku Umar.

The interior décor is inspired by an Asian temple, with Portuguese mosaic touch, colonial style mahogany furniture, ancient artifacts, antiq sculptures and elegantly trimmed light fittings, presenting a lush and intimate mood for the crème de la crème of Jakarta’s high society.

Sedangkan dekorasi interior terinspirasi oleh klenteng atau vihara Asia, dengan sentuhan mozaik ala Portugis, perabotan mahogani bergaya kolonial, artifak kuno, ukiran patung antik dan penyesuaian cahaya yang elegan, menyajikan mood intim dan mesra bagi the crème de la crème, strata masyarakat kelas atas Jakarta.

Namun penggambaran itu tidak.bisa mempengaruhi banyak warga masyarakat di Jakarta yang meresponnya secara negatif.

Menyikapi komentar-komentar provokatif yang ada di media massa dan online, maka perlu dilampirkan klarifikasi pemberitaan tentang Buddha Bar dari penerbitan yang kelak akan datang di kemudian hari dan kutipannya seperti artikel berikut di bawah ini.

(Bersambung...)

Seperti dilansir media beritabaru.com, adanya pelecehan agama Buddha, yang berkedok sebagai Buddha Bar di Jalan Teuku Umar No. 1, Jakarta mendapat respon yang cukup menantang dari sebagian pengikut agama ini (3/3/2009).

Baca Juga: Ronny Hermawan, SH. Profil Sang Pengusaha Yang Terjun ke Politik karena Ikuti Jejak Ayahnya Mantan Anggota DPRD Bekasi

Ronny Hermawan, Ketua Umum Pemuda Buddhis Indonesia. 3/3/2009 (foto:Ist.PrivateColl)

Ketua Umum Pemuda Buddhis Indonesia, Ronny Hermawan menyampaikan penyesalannya di Gedung PD Muhammadiyah, Jakarta.

Baca juga: Ronny Hermawan (PD), Nova Angelika Maharani (PDIP) & Wiwit Subagyo (Nasdem) Halal Bi Halal dgn Warga Durenjaya

Menurut Ronny, bila ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan adanya Buddha Bar ini silahkan ajukan saja secara hukum.

"Lakukan tinjauan dua sisi, kalau ada persoalan yang berkaitan dengan merek dagang, persoalan ijin, silahkan digugat. Sebab pengadilan lah yang mengurusi hal itu," tegas Ronny, Jakarta, Selasa (3/3/2009).

Baca juga: Jadi Korban Kampanye Hitam Pilkada 2004, Awing Asmawi & Ronny Hermawan Cuek, Hoaxnya Berbau SARA

Selain itu Ronny juga menghimbau, agar segenap pemuda dan pengikut Buddha jangan terprovokasi oleh pelecehan yang terjadi ini. "Saya anjurkan kepada seluruh generasi muda Buddhis Indonesia untuk sekarang ini kita jernih, kita konsentrasi pada ajaran sang Buddha," ujarnya.

Ronny Hermawan, SH juga meminta, agar masalah ini jangan dibawa ke masalah politis. "Kasihan umat Buddha yang cuma sedikit ini harus ditarik-tarik kesana kemari," tegas Ronny.

Sedangkan Bhikkhu Anando Aggadipo menjelaskan, umat Buddha tidak perlu marah terhadap pihak-pihak yang melecehkan Buddha. "Ketika suatu saat ada yang mencacimaki Buddha, menghina dharma. Kita tidak boleh membenci dan tidak boleh marah," tegas Aggadipo.

Bhikkhu Anando Aggadipo (Andri Budianto, S.Pd.,CHt)

Kita di sini, lanjut sang Bhikkhu, tidak ingin menghalangi orang yang ingin usaha atau bisnis. Tapi tolong, kata Buddha dan patung serta simbol-simbol yang kami hormati jangan dilecehkan. Bahkan Aggadipo menambahkan, masih banyak kata yang juga cukup baik yang dapat digunakan.

"Kami hanya minta tolong, kepada pemiliknya, tolong, kata Buddha dan patung-patung Buddha baik yang besar maupun yang kecil. Patung-patung yang lain kan banyak," tambah sang Bhikkhu yang mempunyai nama asli, Andri Budianto, S.Pd.,CHt ini kepada wartawan.

Meskipun protes, Forum Anti Buddha Bar (FABB) mengucapkan terima kasih atas dibukanya tempat hiburan malam dengan nama Buddha Bar, menurut mereka hal tersebut justru akan membuat mereka semakin solid.

Daniel Johan, SE. Anggota FABB dan juga Direktur Utama

PT. Harsco Nusantara, di Jakarta 21/3/2009.

"Kami berterima kasih atas berdirinya Buddha Bar, dengan adanya Buddha Bar membuat umat Budha semakin Solid," ujar anggota FABB, Daniel Johan saat kongkow bareng Gusdur di Jakarta, Sabtu (21/3/2009).

Lanjutnya, atas peristiwa tersebut diharapkan dalam suasana jelang pemilihan umum 2009 aspirasi umat Buddha dapat diperhatikan.

"Hampir tidak pernah ada isu-isu seperti ini, selama ini kita damai-damai saja, mudah-mudahan jelang pemilu aspirasi kami dapat diperhatikan," harap Daniel Johan, SE yang akan jadi bacaleg dari PKB ini kepada wartawan.

Pendapat senada juga diutarakan oleh Ketua FABB, Kevin Wu, menurutnya dalam mengatasi masalah seperti ini, umat Buddha akan menggunakan cara-cara yang wajar saja dan lebih santun.

Kevin Wu, ketua FABB, penulis dan pengusaha muda. (Foto: tagar.id)

Lebih jauh Ketua FABB, Kevin Wu, yang juga seorang penulis ini menambahkan,

"Permasalahan ini akan kami tempuh dengan cara yang wajar-wajar saja," ujar Kevin Wu sang pengusaha muda ini kepada awak media.

Sementara itu, pendapat keras justru dilontarkan oleh mantan Presiden RI, KH. Abdurahman Wahid, ia mengatakan bahwa kasus berdirinya Buddha Bar diduga ada kepentingan lain yang ingin bermain dalam peristiwa tersebut.

GusDur mantan presiden RI 1999-2001.(Foto: Getty Images)

"Ada upaya untuk memasukkan Islam disitu kita harus hati-hati menanggapinya," ujar Gus Dur.

Menurutnya, kasus Buddha Bar yang menimbulkan kontroversial seharusnya tidak diperbolehkan, lantaran sudah memasukkan unsur yang sangat fundamental yaitu segi agama.

"Jangan campur adukkan unsur yang fundamental dengan hal yang berbau komersialitas, upaya untuk memakai lambang-lambang agama maka itu tidak diperbolehkan," jelasnya.

Selain itu, Gus Dur juga mengatakan dalam kaitannya dengan kasus Buddha Bar ada unsur keterlibatan Polisi di dalamnya. "Orang dibunuh saja diam saat ini kita semua menjadi korban dari arogansi Polri," tegasnya.

Di lain kesempatan Gus Dur pernah bercanda "Nah, Polri memang sudah lama menjadi praktik kurang bener itu, sampai guyonan-nya kan hanya ada tiga polisi yang jujur: Pak Hoegeng (Kapolri 1968-1971), patung polisi, dan polisi tidur... hehehe...," demikian kata Gus Dur.

Ditegaskan Gus Dur, seharusnya sebelum kejadian ini terjadi Polisi sebagai aparat penegak hukum sudah bertindak sebelum kejadian terjadi.

"Kalau atasan belum memerintahkan belum bergerak, sebelum kejadian terjadi harusnya sudah mengetahui, semuanya hanya sekedar arogansi birokrasi," tegasnya.

Dalam hal ini Gusdur pun memberikan saran dan masukkan agar nama Buddha Bar diganti dengan nama yang lain.

"Ganti merk saja, nggak boleh itu pakai nama seperti itu" tandasnya. [■]

Kontributor: SetioHutomo, MelaniusPuspo, Aryananda, WillyWidianto
Redaksi: DikRizal