Caleg Gelora, Dedy Miing & Ruly Praptomo Suarakan Kegagalan Grand Design dan Perencanaan Pembangunan Pendidikan sebagai Kegagalan Partai Politik Sekarang
JATIMAKMUR, bksOL — Janji kampanye adalah satu kiat komunikasi paling klasik digunakan oleh semua calon wakil rakyat atau legislator dan calon anggota DPRD di seluruh Indonesia untuk meyakinkan calon konstituennya mau memilih mereka sebagai wakil bagi mereka di kursi dewan.
Baca juga: Disbud Pemprov DKI Adakan Standup Comedy Contest dengan PaSKI DKI Jakarta, Betawi SATU Foundation & Standupindo di Bens Zone Jagakarsa
Citra baik dan citra buruk menjadi satu keniscayaan bagi setiap kandidat yang akan didapatnya ketika bersosialisasi langsung dengan publik. Setidaknya mereka bertemu langsung dengan sang tokoh dan mendengarkan langsung apa isi kepala dan wacana yang akan dia kerjakan jika terpilih dan bukan dari katanya-katanya. Pendekatan dengan sentuhan ngobrol sambil ngopi bareng, adalah termasuk salah satu kiat yang paling efektif dalam sosialisasi kampanye politik.
Baca juga: Yuk ikutan Polling ke-2 Mengetahui Siapa Calon Walikota Bekasi 2024?
Baca juga: Masa Jabatan Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto Akan Berakhir 20 Sep 2023 Besok Bareng 15 Kepala Daerah Lainnya
Kecerdikan dan kejujuran setiap bacaleg dan caleg menjadi salah satu kunci penting agar kampanye dan komuniksi publik agar membekas dan bermakna positif di benak audiens mereka. Adalah dua caleg Gelora yang memahami hal itu sebagai modal awal bekerja menjadi calon wakil rakyat bagi Kota Bekasi. Baik Tb Dedy Miing Gumelar sang mantan legislator dari partai mayoritas periode lalu, dan Ruly Praptomo seorang profesional korporat yang hendak mengbdikan dirinya untuk kepentingan warga di sekitarnya.
Karena itulah sosialisasi mereka bagi para relawan dan kader partai Gelora di wilayah Jatimakmur, Pondokgede, Kota Bekasi pada Jumat malam, 11 Agustus 2023 menjadi penuh pencerahan dan membuka mata publik calon konstituennya tentang apa itu politik berbasis meraih kekuasaan demi ikut serta menjadi bagian dari kepedulian pada keadilan dan kesejahteraan sosial bagi semua.
Hal ini yang sebenarnya mengedukasi masyarakat pemilih untuk mulai jujur kepada diri mereka sendiri agar bisa memilih calon pemimpin dan wakil rakyat yang dikenal dan juga jujur kepada mereka sebagai rakyat pendukung. Keren pemaparan dari caleg DPR RI untuk dapil kota Bekasi dan kota Depok, Tb Dedy Miing Gumelar ini dan patut diacungi dua jempol, karena isinya berdaging dan bernutrisi buat asupan nalar warga calon pendukungnya.
Lihat juga: Video PersuasiTV Standup Comedy Tentang Penanganan Covid19 Berdampak Luar Biasa Apalagi Jelang Hari Raya
Baca juga: Video Standup Comedy buat Capres paling Ngetop SeJateng & SeJatim
Hal senada yang diungkapkan oleh bendahara DPD Partai Gelora Kota Bekasi, Ruly Praptomo yang menganggap permasalahan dunia pendidikan di kota Bekasi memang serupa dengan permasalahan dunia pendidikan secara nasional jika dibandingkan dengan jumlah penduduknusia sekolah saat ini.
Baca juga: Miing Bagito Berikan Kiat Jadi Bacaleg Gelora Berkampanye Agar Dipercaya Masyarakat Tanpa Keluarkan Biaya Besar
Ketiadaan perencanaan umum yang berdasarkan data valid terkini di setiap kota dan kabupaten sejak UU tentang OTDA (Otonomi Daerah) bukan salah pemda saja tapi juga pemerintah pusat, karena takmpunya grand design dari cetak biru pembangunan bangsa di idang pendidikan secara komprehensif dengan mengedepankan lesejahteraan semua warga negara mulai dari yang baru lahir hingga usia produktif.
Kasus kecurangan PPDB sistem zonasi dan membludaknya jumlah rombel (rombongan belajar) siswa di dalam kelas yang mencapai 50 orang per kelas bahkan lebih di sekolah favorit baik SMAN maupun SMPN, membuktikan bahwa perencanaan pendidikan sangat buruk hingga ketersediaan sekolah negeri tidak sesuai dengan jumlah anak didik yang lahir setiap tahunnya.
Pada puncaknya secara akumulatif, di samping ketersediaan bangunan fosik sekolah untuk pendidikan menengah dan pendidikan atas, maka tak bisa dipungkiri banyak lulusan SD tak tertampung di SMPN, dan banyak lulusan SMP tak tertampung di SMAN, meskipun ada banyak SMP dan SMA swasta. Sayangnya sebab hal tersebut baik karena alasan kualitas atau biaya yang terlalu mahal, generasi muda milenial kini terancam hilang pemenuhan kebutuhan pendidikn menengah atas dan tingginya. “Sungguh menyedihkan dan sangat miris,” pungkas Ruly Praptomo kepada bksOL.[*]
Reporter: DikRizal, Redaktur: RijalNurM
Post a Comment
Silakan pos kan komentar Anda yang sopan dan harap tidak melakukan pelecehan apalagi yang berkaitan dengan SARA.
Terima kasih.
Wassalam
Redaktur bksOL